Senin, 16 Maret 2009

Sistem Basis Data


PROSES DESIGN SISTEM BASIS DATA

Daur Hidup (Life Cycle) yang Umum dari Aplikasi Basis Data
1.Definisi Sistem
2.Database Design
3.Implementasi
4.Loading/Konversi Data
5.Konversi Aplikasi
6.Testing & Validasi
7.Operations
8.Control & Maintenance
4.
Daur Hidup (Life Cycle) dari Aplikasi Basis Data
Definisi Sistem:
 ruang lingkup basis data
 pemakai
 aplikasi
Design:
 logical design  ER/EER
 physical design untuk suatu DBMS
Daur Hidup (Life Cycle) dari Aplikasi Basis Data
Implementasi:
 membuat basis data (kosong)
 membuat program aplikasi
Loading/ Konversi Data:
 memasukkan data ke dalam basis data
 mengkonversi file yang sudah ada ke dalam format basis data dan kemudian memasukkannya dalam basis data

Daur Hidup (Life Cycle) dari Aplikasi Basis Data
Konversi Aplikasi:
Semua aplikasi dari sistem sebelumnya dikonversikan ke dalam sistem basis data.
Testing dan Validasi:
Sistem yang baru harus ditest dan divalidasi (diperiksa keabsahannya).
Daur Hidup (Life Cycle) dari Aplikasi Basis Data
Operasi:
Pengoperasian basis data dan aplikasinya.
Monitoring dan Maintenance:
Selama operasi, sistem dimonitor dan diperlihara. Baik data maupun program aplikasi masih dapat terus tumbuh dan berkembang.
Proses Design Sistem Basis Data
Basis Data biasanya merupakan salah satu bagian dari suatu sistem informasi yang besar yang antara lain terdiri dari:
1.Data
2.Perangkat lunak DBMS
3.Perangkat keras komputer
4.Perangkat lunak dan sistem operasi komputer
5.Program-program aplikasi
6.Pemrogram, dll

Proses Design Basis Data
a.Pengumpulan dan analisa requirement
b.Design basis data conceptual
c.Pemilihan DBMS
d.Mapping dari conceptual ke logical
e.Physical Design
f.Implementasi
Proses Design Basis Data (cont’d)
Keenam phase dalam proses design tidak perlu dilaksanakan secara mutlak, mungkin ada umpan balik antar phase dan dalam masing-masing phase
Proses Design Paralel
Proses design terdiri dari dua proses yang paralel yaitu:
1.proses design dari data dan struktur dari basis data (data driven)
2.proses design dari program aplikasi dan pemrosesan basis data (process driven)

Mengapa Harus Paralel
Karena kedua proses tersebut saling bergantungan.
Contoh:
1.Menentukan data item yang akan disimpan dalam basis data tergantung dari aplikasi basis data tersebut, juga dalam menentukan struktur dan akses path.
2.Design dari program aplikasi tergantung dari struktur basis datanya.
3.Biasanya condong ke salah satu.
Phase 1: Pengumpulan Data & Analisa Requirement
1. Pengidentifikasian group pemakai dan area aplikasi
2. Penelitian kembali dokumen-dokumen yang sudah ada yang berhubungan dengan aplikasi  form, report, manual, organization chart, dsb
3. Analisa lingkungan operasi dan kebutuhan dari pemrosesan, seperti tipe transaksi, input/output, frekuensi suatu transaksi, dsb
4. Transfer informasi informal ke dalam bentuk terstruktur menggunakan salah satu bentuk formal dari requirement specification (bentuk diagram) seperti Flow Chart, DFD, UML Diagram, dll. Hal ini dilakukan untuk mempermudah pemeriksaan kekonsistenan, ketepatan, dan kelengkapan dari spesifikasi.

Phase 2: Design Conceptual
Phase 2A: Design Conceptual Schema
1. High level data model, bukan implementation-level data model
2. Memberikan gambaran yang lengkap dari struktur basis data yaitu arti, hubungan, dan batasan-batasan.
3. Conceptual schema bersifat tetap
4.Alat komunikasi antar pemakai basis data, designer, dan analis

Strategi untuk Design Schema
Top Down:
- mulai dengan beberapa high level entity type
- bagi lagi (top down) menjadi beberapa lower-level entity type dan relationship type
Bottom Up:
- mulai dengan atribut
- kelompokkan menjadi entity type & relationship type
- tambahkan relationship-relationship baru bila ada

Strategi untuk Design Schema (cont’d)
Inside Out:
1. bentuk khusus dari bottom-up
2. mula-mula ditentukan entity type yang merupakan pusat/bagian terpenting
3. tambahkan entity type dan relationship lain yang berhubungan satu sama lain

Strategi untuk Design Schema (cont’d)
Mixed:
1. requirement dibagi-bagi menggunakan strategi top down
2. sebagian dari schema di-design dari partisi-partisi menggunakan strategi bottom-up
3. bagian-bagian dari komponen-komponen tersebut kemudian digabungkan

Phase 2b: Design Transaksi
1. Pada saat suatu basis data di-design, aplikasi dari transaksi utama harus sudah diketahui
2. Transaksi-transaksi baru dapat didefinisikan kemudian
3. Tentukan karakteristik dari transaksi dan periksa apakah basis data sudah memuat semua informasi untuk melaksanakan transaksi

Phase 2b: Design Transaksi (cont’d)
Transaksi dapat dibagi dalam 3 bagian yaitu:
- retrieval
- update
- mixed
Phase 2a dan 2b sebaiknya dilaksanakan secara paralel dengan menggunakan umpan balik agar didapat design schema dan transaksi yang stabil

Phase 3: Pemilihan DBMS
Pemilihan DBMS ditentukan oleh sejumlah faktor antara lain:
1. faktor teknis: storage, akses path, user interface, programmer, bahasa query
2. faktor ekonomi: software, hardware, maintenance, training, operasi, konversi, teknisi, dll
3. faktor organisasi: kompleksitas, data, sharing antar aplikasi, perkembangan data, pengontrolan data

Phase 4: Mapping dari Data Model
1. Memetakan conceptual model ke dalam DBMS
2. Menyesuaikan schema dengan DBMS pilihan
3. Hasil pemetaan biasanya berupa DDL

Phase 5: Physical Design
Struktur storage, akses path untuk mendapatkan performance yang baik
Kriteria baik dapat dilihat dari:
- response time
- pemakaian storage
- throughput (jumlah transaksi per unit waktu)
Perlu tuning untuk memperbaiki performance berdasarkan statistik pemakaian

Phase 6: Implementasi Sistem Basis Data
1. DDL dan SDL dari DBMS dikompilasi membentuk schema basis data dan basis data yang masih kosong
2. Basis data dapat dimuati (di-load) dari sistem yang lama
3. Transaksi dapat diimplementasikan oleh program aplikasi dan dikompilasi
4. Siap dioperasikan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Latihan Ngeblog © 2008. Design by :Yanku Templates Sponsored by: Tutorial87 Commentcute