Senin, 30 Maret 2009

MODEL PEMBERDAYAAN PONDOK PESANTREN
SEBAGAI
PUSAT PENGEMBANGAN SAPI POTONG

Oleh :
Prof Dr Ir Soemarno MS, dkk.


RINGKASAN

Program ini dirancang dalam rangka ikut mendukung gerakan nasional pemberdayaan masyarakat dan penanggulangan kemiskinan melalui upaya pemberdayaan dan penguatan kelembagaan PONPES sebagai pusat pengembangan sapi potong, serta menerapkan teknologi inovatif dalam sistem produksi sapi potong.
Program Payung Pemberdayaan PONPES ini ini terdiri atas lima kegiatan yang saling berkaitan, yaitu:
1. Menyusun Sistem Informasi tentang Minat berwira-usaha agribisnis sapi-potong di kalangan PONPES dan masyarakat sekitarnya, serta kendala-kendala yang dihadapi (Kegiatan A).
2. Merancang Panduan Paket Sistem Sekolah Lapang Agribisnis Sapi-potong berpendampingan (Kegiatan B)
3. Melaksanakan Rekruitment dan SLASP bagi PONPES, masyarakat sekitar dan para pendamping (Kegiatan C).
4. Melaksanakan Ujicoba Pendampingan Pemberdayaan PONPES senagai Pusat Pengembangan Sapi Potong (Kegiatan D)
5. Monitoring dan Evaluasi Kegiatan Agribisnis Sapi Potong dengan Pendampingan (Kegiatan E)

Lokasi kegiatan adalah sbb:


No Wilayah PONPES RTP Pendamping
1 Tuban 1 unit 10 2
2 Magetan 1 unit 10 2
3 Blitar 1 unit 10 2
4 Lumajang 1 unit 10 2
5 Kediri 1 unit 10 2
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Gerakan terpadu revitalisasi pertanian, penanggulangan kemiskinan, pemberdayaan masyarakat dan penguatan usaha ekonomi rakyat di seluruh tanah air masih menghadapi tantangan dan kendala serius. Oleh karena itu diperlukan berbagai terobosan kegiatan dan/atau program khusus untuk mempercepat keberhasilan gerakan nasional tersebut.

Salah satu program khusus untuk mensukseskan gerakan nasional dalam lingkup revitalisasi pertanian dapat dituangkan dalam Konsep Pemberdayaan PONPES sebagai pusat pengembangan sapi potong melalui Pendampingan. Program ini dikonsepkan bukan merupakan program yang berdiri sendiri tanpa memerlukan dukungan program lain, namun justru melalui program inilah diharapkan dapat dipadukan berbagai program sektoral maupun regional yang diarahkan untuk pengembangan ekonomi wilayah dan masyarakat pedesaan. Dengan demikian dampak positif daripada program ini akan semakin besar dan pada akhirnya kemiskinan dan keterbelakangan secara berangsur-angsur dan pasti dapat ditanggulangi. Seba­gai suatu program yang strategis dan koordinatif, dalam pelaksanaan program ini harus dipupuk dan dibina semangat kebersamaan yang tinggi di antara berbagai pihak yang terkait baik yang berkedudukan "membantu" maupun yang "dibantu", termasuk PONPES dan masyarakat di sekitarnya.

Salah satu bentuk kegiatan penunjang dalam kerangka implementasi program ini ialah Penyiapan PONPES dan masyarakat sekitarnya (Majelis ta’lim) untuk mampu menjadi "pengusaha" Agribisnis Sapi Potong. Dengan dukungan bentuk-bentuk program khusus dapat dilakukan DIKLAT dan Program Aksi pendampingan dengan tujuan meningkatkan akses dan kualitas sumberdaya PONPES dan masyarakat sekitarnya sebagai kader pembangunan bangsa dan pada gilirannya mampu bersama-sama dengan masyarakat luas mengembangkan usaha agribisnisnya (dengan basis Produk Unggulan Sapi Potong).

Dengan memperhatikan kenyataan bahwa kelembagaan sosial di pedesaan dan kelompok-kelompok masyarakat yang ada belum memadai untuk mengembangkan usaha ekonomi desa, serta keterba­tasan akses masyarakat terhadap berbagai fasilitas dan kemudahan-kemuda­han yang disediakan pemerintah, maka diperlukan upaya khusus untuk menyiapkan tenaga pendamping dan para santri PONPES sebagai kader pembangunan mandiri yang berwawasan wirausahawan.


1.2. Analisis Situasi

Memberdayakan PONPES sebagai pusat pengembangan Agribisnis Sapi Potong berarti memberikan teknologi (IPTEK) baru yang diharapkan dapat diterima dan diterapkan oleh masyarakat PONPES. Beberapa faktor yang mempengaruhi kecepatan proses peneri­maan innovasi adalah : (1) sifat innovasi, (2) saluran komunikasi yang digunakan, (3) keadaan masyarakat PONPES yang akan menerima innov­asi, (4) peran pendampingan, (5) jenis pengambilan keputusan. Teknologi innova­si yang akan di innovasikan hendaklah mempertimbang­kan persyaratan yaitu dari segi teknis, sosial dan ekonomi. Segi teknis bahwa teknologi mudah dilaksanakan oleh penerima; segi sosial, tidak bertentangan dengan kaidah-kaidah atau norma masyarakat yang ada dan segi ekonomi, memberi keuntungan.
Saluran komunikasi mempengaruhi cepat lambatnya teknologi itu sampai pada obyek dengan metoda komunikasi yang tepat maka pesan itu dengan mudah diterima. Metoda komunikasi yang tepat di daerah pedesaan adala face - to face atau kunjungan langsung ke obyeknya. Kondisi masya­rakat di lingkungan PONPES mempunyai karakteristik tersendiri sehingga diperlukan metoda tertentu agar pesan (teknologi) itu mudah diterima. Dalam pada itu peranan pendamping sangat mutlak. Dengan pendampingan purna waktu yang berkualitas maka akan lebih mudah meyakinkan pesan yang diberikan kepada obyeknya.
Pendamping sebagai pembina hendaklah memenuhi persyaratan : (1) men­guasai ilmu pengetahuan (IPTEK), (2) pandai bergaul menghormati norma- norma yang ada, (3) mempunyai tekad dan idealisme yang tinggi untuk men­sukseskan programnya. Pendamping hendaknya dapat dengan cepat mampu menga­nalisis situasi dan dapat membaca problema yang dihadapi oleh obyek dan segera mengambil langkah-langkah untuk mengatasinya.
Pengambilan keputusan untuk menerima teknologi baru dilakukan oleh klien (masyarakat) dengan cara individual atau berkelompok atau berdasarkan instruksi dari pendamping yang berkompeten; bahkan oleh pemimpin non formal. Oleh karena itu perlu dipertimbangkan saluran pendampingan yang efektif agar teknologi itu dapat segera diterima oleh klien (petani).

1.3. Perumusan Masalah

Permasalahan Petani-Pekebun Kopi Rakyat
Beberapa hal yang diperkirakan menjadi permasalahan yang dihadapi adalah:
(1). Permasalahan Kapabilitas dan Ketersediaan Sumberdaya bagi proses agribisnis sapi potong. Kendala sumberdaya megakibatkan tingginya biaya produksi yang harus dikeluarkan oleh produsen, akibat selan­jutnya ialah proses produksi kurang efisien dan harga jual produk yang relatif tinggi. Hal ini diperburuk oleh semakin mahalnya harga-harga sarana produksi pada tingkat masyarakat.
(2). Keterbatasan penguasaan faktor produksi, khususnya sarana produksi. Sejumlah besar rumah tangga hanya menguasai lahan yang relatif sempit. Hal ini diperkirakan juga berpengaruh terhadap minat petani untuk berwira-usaha.
(3). Surplus tenagakerja pedesaan dengan ketrampilan teknis dan manajemen yang terbatas, karena terbatasnya kesempatan untuk berlatih secara efektif.. Sebagai dampak krisis ekonomi yang berkepanjangan, sebagian besar tenaga­kerja (penduduk usia produktif) sedang menganggur musiman.
(4). Keterbatasan alternatif pilihan teknologi produksi, teknologi pasca panen dan pengolahan hasil, serta teknologi non pertanian. Kelompok petani kecil di desa tidak mempunyai akses yang memadai untuk menentukan alternatif usaha tanaman dan agro-teknologinya, sehingga produktivitas marginalnya sangat rendah. Perkembangan lapangan kerja off-farm juga belum didukung oleh teknologi tepat guna yang mema­dai, atau masih bersifat kecil-kecilan dan sederhana sekali.
(5). Keterbatasan informasi teknologi inovatif, pembinaan, fasilitas permodalan, proteksi usaha dan kesempatan (opportunity), suatu lingka­ran yang lazim dalam bisnis modern. Hampir dalam setiap kegiatannya mereka harus melakukan secara swakarsa dan bersedia untuk harus puas dengan apa yang menjadi milik­nya saja, tanpa keinginan untuk lebih dari apa yang mung­kin. Sementara itu faktor produksi unggulan tersebut dikuasai oleh sektor perkotaan industrial, terutama dalam wujud informasi, teknologi dan fasilitas permodalan.
(6). Nilai tukar perdagangan (term of trade) barang produk pedesaan lebih rendah terhadap barang produk perkotaan atau sektor modern. Hal ini mengakibatkan warga desa kurang memperoleh surplus yang berarti, hampir dalam semua lapangan pekerjaan yang dilakukan, sehingga tidak memung­kinkan melakukan akumulasi kapital. Hal ini dapat dilihat dari rendahnya nilai tukar petani.
(7). Terbatasnya volume uang yang beredar di pedesaan, hal ini merupakan dampak dari produktivitas marjinal yang sangat rendah atau nol dan keterbatasan fasilitas kredit resmi yang masuk ke desa. Sebagian besar penduduk di pedesaan jika memerlukan kredit untuk tambahan modal akan mencari pada saluran kredit atau lembaga keuangan non- formal.
(8). Rendahnya tingkat kesejahteraan rumah tangga petani yang pada kenyataannya sangat berhubungan erat dengan (a). Masalah pendapatan yang diperoleh, (b). Masalah Gizi dan pangan, (c). Masalah kesehatan, (d). Masalah aksesibilitas bisnis, (e). Masalah lingkungan pemukiman, (f). Masalah Pendidi­kan, (g). Masalah penguasaan IPTEK/Ketrampilan, (h). Masalah pemilikan lahan, (i). Masalah Kesempatan kerja, dan (j). Masalah prasarana/sarana kebutuhan dasar.



1.4. Hasil Yang Diharapkan

1. Rancangan model pemberdayaan PONPES sebagai Pusat Pengembangan Agribisnis Sapi Potong melalui kegiatan pendampingan purna waktu. Model ini diharapkan dilengkapi dengan:
a. Rancangan Sistem Informasi tentang Minat berwira-usaha di kalangan PONPES dan masyarakat sekitarnya, serta kendala-kendala yang dihadapi dalam mengembangkan usaha sapi potong.
b. Paket Kurikulum dan Sistem Pembelajaran Sekolah Lapangan Agribisnis Sapi Potong
c. Pandunan DIKLAT Singkat Profesional Pendampingan untuk usaha agribisnis sapi potong.
d. Panduan Pendampingan untuk usaha agribisnis Sapi potong.
e. Panduan Uji Petik Model pemberdayaan PONPES sebagai Pusat Pengembangan Agribisnis Sapi Potong dengan Pendampingan.

2. Model Pemberdayaan PONPES ini dimaksudkan mempersiapkan PONPES dan masyarakat semitarnya sebagai Kader Pembangunan yang mandiri dan pelaku agribisnis sapi portong yang tangguh dan mempunyai kualifikasi khu­sus, yaitu:
a. Sikap mental dan wawasan wira-usaha yang dapat diandalkan untuk mendukung kiprahnya dalam kegiatan sosial-ekonomi di pedesaan, serta mempunyai kemampuan untuk beradaptasi dan berintegrasi dengan lingkungan masyarakat sekitarnya .
b. Menguasai dasar-dasar pengetahuan dan ketrampilan teknis tentang:
b.1. Kebijaksanaan pemerintah dalam pengembangan koperasi agribisnis di pedesaan dan usaha ekonomi rakyat
b.2. Wawasan dan ketrampilan pragmatis kewira-usahaan dan kepeloporan, khususnya dalam lingkup agribisnis Sapi potong
b.3. Pengalaman dalam aplikasi Manajemen usaha Bisnis di Pedesaan: Agribisnis, Koperasi, Kemitraan dalam usaha, dan manajemen kelembagaan keuangan,


II. TUJUAN DAN MANFAAT

Merancang dan menguji-coba Model pemberdayaan PONPES sebagai Pusat Pengembangan Agribisnis Sapi Potong melalui kegiatan pendampingan agribisnis. Penerapan model ini diharapkan akan dapat bermanfaat dalam:
1. Ikut mendukung program revitalisasi pertanian, pemberdayaan dan penguatan ekonomi rakyat, melalui penyiapan PONPES dan masyarakat sekitarnya sebagai kader wirausahawan yang handal.
2. Memantapkan wawasan serta pemantapan sikap-mental wira-usaha stakeholder sebagai kader pembangunan yang mandiri dan berjiwa wirausahawan.
3. Menumbuhkan dan meningkatkan kualifikasi stakeholder sebagai pengelola usaha produktif dalam wadah lembaga ekonomi rakyat yang mandiri dan mengakar di masyarakat.


Tujuan Khusus

1. Menyusun Sistem Informasi tentang Minat berwira-usaha agribisnis sapi-potong di kalangan PONPES dan masyarakat sekitarnya, serta kendala-kendala yang dihadapi (Kegiatan A).
2. Merancang Panduan Paket Sistem Sekolah Lapang Agribisnis Sapi-potong berpendampingan (Kegiatan B)
3. Melaksanakan Rekruitment dan SLASP bagi PONPES, masyarakat sekitar dan para pendamping (Kegiatan C).
4. Melaksanakan Ujicoba Pendampingan Pemberdayaan PONPES senagai Pusat Pengembangan Sapi Potong (Kegiatan D)
5. Monitoring dan Evaluasi Kegiatan Agribisnis Sapi Potong dengan Pendampingan (Kegiatan E)



III. PELAKSANAAN KEGIATAN

3.1. Khalayak Sasaran
Khalayak sasaran adalah PONPES dan masyarakat sekitarnya , serta para calon pendamping.

3.3. Metode yang digunakan

3.3.1. Jenis-jenis kegiatan

A. KEGIATAN A:

Menyusun Sistem Informasi tentang Minat berwira-usaha agribisnis sapi-potong di kalangan PONPES dan masyarakat sekitarnya, serta kendala-kendala yang dihadapi (Kegiatan A).

1. Tujuan Khusus
1. Mengetahui persepsi, minat dan tanggapan/respon masyarakat PONPES dan sekitarnya terhadap pengembangan program pembelajaran kewira-usahaan
2. Mengetahui kendala-kendala yang dirasakan oleh PONPES dan masyarakat sekitarnya dalam mengaktualisasikan minat wira-usahanya
3. Mengetahui opini, saran/pendapat dari kalangan PONPES dan masyarakat sekitarnya , serta suasta masyarakat terhadap upaya pemberdayaan wira-usaha agribisnis sapi potong
4. Mengetahui minat dan kendala yang dihadapi oleh PONPES dan masyarakat sekitarnya dalam mengembangkan usaha agribisnis sapi potong
5. Menganalisis sejauh mana kendala teknologi inovatif dan permodalan membatasi usaha agribisnis Sapi potong.

3. Metode Pengumpulan Data / Informasi

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode survei yang melibatkan sejumlah sampel calon pendamping, PONPES dan masyarakat sekitarnya.
Wawancara langsung dilakukan oleh enumerator yang terlatih dan menggunakan daftar isian terstruktur yang disusun berdasarkan konsep yang diuraikan di atas.

B. KEGIATAN B

1. Judul Kegiatan:

Merancang Panduan Paket Sistem Sekolah Lapang Agribisnis Sapi-potong berpendampingan (Kegiatan B)

2. Tujuan Khusus

1. Merancang dan Menyiapkan Sistem pembelajaran dan bahan ajar bagi sekolah lapangan agribisnis sapi potong dalam bentuk:
a. Kurikulum
b. Silabus
c. GBPP
d. SAP
e. Hand-Out ( Diktat, Buku )

2. Sistematik modul-modul :
a. Pokok bahasan
b. Sub pokok bahasan
c. Tujuan intruksional
d. Petunjuk cara mempelajari pokok bahasan dan sub pokok bahasan
e. Buku acuan yang disarankan
f. Uraian dan contoh
g. Teori /konsep
h. Contoh/aplikasi
i. Ringkasan
j. Tugas dan latihan
k. Daftar istilah
l. Soal-soal latihan
m. Kunci jawaban soal-soal latihan

3. Metode dan Pendekatan

a. Rangkaian kegiatan
1. Diskusi antar anggota Tim penanggung-jawab dan tim penyusun modul bahan ajar dengan tujuan untuk menyamakan persepsi dan gerak langkah dalam melaksanakan pekerjaan/tugas masing-masing
2. Pembuatan Draft Modul Bahan Ajar denan mengunakan refernsi yang relevan serta sistematika modul yang cocok untuk pendidikan profesional kewira-usahaan sapi potong
3. Pembahasan Draft Modul bahan ajar, melalui kegiatan semi-loka yang melibatkan Tim penyusun, instruktur kewira-usahaan, pendamping, instansi teknis terkait, dan Masyarakat PONPES
4. Penyusunan Buku pedoman: Modul-modul Kewira-usahaan, dengan mengakomodasikan hasil-hasil pembahasan dalam semi-loka

C. KEGIATAN C

1. Judul Kegiatan:

Melaksanakan Rekruitment dan SLASP bagi PONPES, masyarakat sekitar dan para pendamping (Kegiatan C).

2. Tujuan Khusus

Program pendidikan dan pelatihan ini pada hakekatnya tujuannya secara keseluruhan adalah:
1. Mendukung program revitalisasi pertanian, dan penguatan usaha ekonomi rakyat, melalui penyiapan pendamping dan kelompok masyarakat di pedesaan sebagai kader wirausahawan yang handal, khususnya komoditi sapi potong.
2. Memantapkan wawasan kebangsaan /Ketahanan Nasional serta pemantapan sikap-mental para peserta sebagai kader pembangunan yang mandiri dan berjiwa wirausahawan.
3. Menumbuhkan dan meningkatkan kualifikasi calon pendamping usaha agribisnis sapi potong.
4. Memberikan bekal tambahan mengenai pengetahuan umum tentang pembangu­nan koperasi pedesaan, permasalahan kemiskinan , teknologi tepatguna agroteknologi, dan pengetahuan lain yang terkait dengan kewira-usahaan dan manajemen agribisnis komoditi sapi potong.

Setelah DIKLAT selesai diharapkan peserta sebagai Kader Pembangunan yang mandiri dan Wirausahawan Muda Pedesaan menguasai dan mempunyai kualifikasi khu­sus, yaitu:
1. Sikap mental dan wawasan wira-usaha yang dapat diandalkan untuk mendukung kiprahnya dalam kegiatan agribisnis di pedesaan, serta mempunyai kemampuan untuk beradaptasi dan berintegrasi dengan lingkungan masyarakat desa sekitarnya .
2. Menguasai dasar-dasar pengetahuan dan ketrampilan teknis tentang:
2.1. Kewira-usahaan: Agribisnis komoditas unggulan sapi potong
2.2. Pengalaman dalam aplikasi Manajemen usaha agri-bisnis di Pedesaan: Agribisnis sapi potong, Koperasi, Kemitraan dalam usaha, dan kelembagaan keuangan,
2.3. Operasionalisasi sistem agribisnis sapi potong: perencanaan, pelaksanaan dan tindak lanjut pengendalian usaha bisnis di pedesaan .
2.4. Kemampuan sebagai fasilitator, komunikator dan dinamisator bagi kelompok masyarakat pedesaan di sekitarnya .

3. MATERI DAN PROSES DIKLAT

A. Materi
Materi pelatihan dikelompokkan menjadi empat program (rinciannya terlampir), yaitu
(1). Program 1. Program Pembekalan dan Pemantapan sikap mental, wawasan dan pengetahuan praktis Kewira-usahaan
1. Pengantar Kewira-usahaan
- Orientasi umum organisasi dan kewirausahaan
- Rambu-rambu Kewira-usahaan
- Membangun cooperate culture
- Teknik Bisnis Plan
2. Perilaku Wirausaha dan Sikap-mental wirausaha
3. Achievement motivation ; Organisasi dan manajemen

(2). Program 2. Program Pembekalan Pengetahuan dan Ketrampilan Teknis dalam lingkup Manajemen Agribisnis Sapi potong:
1. Manajemen Agribisnis
2. Usaha produksi (Pembesaran dan Penggemukan) Sapi potong
3. Pembentukan dan pembinaan kelembagaan
4. Agroteknologi Sapi potong
5. Manajemen Pemasaran Hasil

(3). Program 3. Program Pembekalan Dasar Ketrampilan Wirausaha , mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian/pemantauan, serta evaluasi usaha agribisnis Sapi potong.
1. Administrasi praktis dan pembukuan ; Wawasan perdagangan antar pulau dan export/import
2. Teknik manajemen kelayakan/ Penyusunan Studi Kelayakan ; Operasi bisnis: Agribisnis Sapi potong
3. Teknik membuat kontrak kerja bisnis
(4). Program 4. Program simulasi dan kunjungan lapangan dalam usaha-usaha agribisnis sapi potong.


D. KEGIATAN D

1. Judul Kegiatan:

Melaksanakan Ujicoba Pendampingan Pemberdayaan PONPES senagai Pusat Pengembangan Sapi Potong (Kegiatan D)

2. Tujuan Khusus

1. Meningkatkan keberdayaan pendamping bersama dengan masyarakat pedesaan dalam wira-usaha agribisnis komoditas sapi potong
2. Meningkatkan kepekaan dan kepedulian terhadap upaya pemberdayaan masyarakat pede­saan melalui penerapan teknologi inovatif dalam agribisnis sapi potong
3. Menciptakan lapangan usaha dan kesempatan kerja yang dapat diakses oleh angkatan kerja di pedesaan yang kehilangan pekerjaan akibat dampak krisis ekonomi.
4. Meningkatkan citra komoditas sapi potong rakyat seba­gai salah satu komoditas unggulan wilayah.

b. Sasaran Kegiatan

(1). Memberikan wawasan kepada para pstakeholder agar siap dan mampu berwira-usaha dengan berbekal pengalaman bermitra mengembangkan usaha agribisnis sapi potong.
(2). Membantu berkembangnya petani kecil mandiri di pedesaan berbasis pada tersedianya sumberdaya alam dan ketrampilan yang telah dimiliki khalayak sasaran.
(3). Membantu mewujudkan kemitraan antara PONPES dan masyarakat sekitarnya dalam mengembangkan usaha agribisnis rakyat secara melembaga.

3. Tahapan Pelaksanaan

(1). Tahap Persiapan

Persiapan dari segi kelembagaan
(1). Menetapkan rencana lokasi penerjunan sesuai dengan pertimbangan segi keterjangkauan dan keringanan biaya (lokasi di wilayah PONPES dan sekitarnya).
(2). Melakukan peninjauan dan pengkajian lokasi yang direncanakan untuk memudahkan penyelenggaraan kegiatan lapangan.
(3). Mengurus perijinan pada Pemerintah Daerah Tingkat II, Kecamatan dan Desa/Kelurahan, berkaitan dengan pemilihan lokasi dan rencana penerjunan.
(4). Menjalin kerja sama dengan berbagai instansi terkait, berkaitan dengan penyelenggaraan kegiatan pembekalan maupun penyelenggaraan kegiatan lapangan.
(5). Berdasarkan hasil peninjauan dan pengkajian, maka disusunlah perencanaan kegiatan pembekalan dan penyelenggaraan kegiatan lapangan.

(2). Latihan Pembekalan: Tujuan Khusus Pembekalan

Setelah selesai mengikuti Latihan Pembekalan pendamping diharapkan dapat:
(1). Mempersiapkan diri baik secara fisik rnaupun mental untuk mengabdi kepada kelompok sasaran.
(2). Mengidentifikasi berbagai permasalahan riil yang dihadapi oleh kelompok sasaran dan berusaha untuk mencarikan solusinya.
(3). Menyusun, mengaktualisasikan dan menilai tingkat keberhasilan program kerja yang telah disusun di masing-masing lokasi.

Materi Pembekalan

Secara garis besar materi pembekalan program pendampingan terdiri atas 4 bagian yaitu:
(1). Materi tentang misi, visi, tujuan dan latar belakang perlunva kegiatan pendampingan.
(2). Materi tentang pendekatan sosial dan teknik penyusunan laporan.
(3). Materi tentang bagaimana mengevaluasi kegiatan pendampingan.
(4). Ruang lingkup kegiatan pendampingan.

(3). Metode dan Pendekatan: Sekolah Lapangan
Ujicoba model Usaha Agribisnis Sapi potong dilakukan di lingkungan PONPES dan sekitarnya, dimana petani pemilik bertindak sebagai “manajer usaha” dan didampingi oleh tim pendamping profesional purna waktu. Kegiatan ujicoba ini meliputi :
1. Persiapan kelompok : lahan dan kepemilikannya; orientasi kelompok
2. Perencanaan usaha agribisnis komoditas Agribisnis Sapi potong
3. Penyiapan lahan dan pengadaan sarana produksi
4. Pelaksanaan budidaya tanaman hingga panen
5. Penanganan pasca panen dan Pemasaran/penjualan hasil


E. KEGIATAN E

1. Judul Kegiatan:

Monitoring dan Evaluasi Kegiatan Agribisnis Sapi Potong dengan Pendampingan (Kegiatan E)

2. Tujuan Khusus

1. Menganalisis kegiatan pendampingan dalam wira-usaha agribisnis komoditas sapi potong
2. Mengevaluasi kepedulian terhadap upaya pemberdayaan masyarakat pede­saan melalui penerapan teknologi inovatif dalam agribisnis sapi potong
3. Menganalisis penciptaan lapangan usaha dan kesempatan kerja yang dapat diakses oleh masyarakat pedesaan.
4. Menganalisis citra komoditas sapi potong rakyat seba­gai salah satu komoditas unggulan wilayah.

b. Sasaran Kegiatan

(1). Para stakeholder agar siap dan mampu berwira-usaha dengan berbekal pengalaman bermitra mengembangkan usaha agribisnis sapi potong.
(2). Petani kecil di pedesaan berbasis pada tersedianya sumberdaya alam dan ketrampilan yang telah dimiliki khalayak sasaran.
(3). Kemitraan antara PONPES dan masyarakat sekitarnya dalam mengembangkan usaha agribisnis rakyat secara melembaga.

3. Tahapan Pelaksanaan
........

Senin, 16 Maret 2009

Sistem Basis Data


PROSES DESIGN SISTEM BASIS DATA

Daur Hidup (Life Cycle) yang Umum dari Aplikasi Basis Data
1.Definisi Sistem
2.Database Design
3.Implementasi
4.Loading/Konversi Data
5.Konversi Aplikasi
6.Testing & Validasi
7.Operations
8.Control & Maintenance
4.
Daur Hidup (Life Cycle) dari Aplikasi Basis Data
Definisi Sistem:
 ruang lingkup basis data
 pemakai
 aplikasi
Design:
 logical design  ER/EER
 physical design untuk suatu DBMS
Daur Hidup (Life Cycle) dari Aplikasi Basis Data
Implementasi:
 membuat basis data (kosong)
 membuat program aplikasi
Loading/ Konversi Data:
 memasukkan data ke dalam basis data
 mengkonversi file yang sudah ada ke dalam format basis data dan kemudian memasukkannya dalam basis data

Daur Hidup (Life Cycle) dari Aplikasi Basis Data
Konversi Aplikasi:
Semua aplikasi dari sistem sebelumnya dikonversikan ke dalam sistem basis data.
Testing dan Validasi:
Sistem yang baru harus ditest dan divalidasi (diperiksa keabsahannya).
Daur Hidup (Life Cycle) dari Aplikasi Basis Data
Operasi:
Pengoperasian basis data dan aplikasinya.
Monitoring dan Maintenance:
Selama operasi, sistem dimonitor dan diperlihara. Baik data maupun program aplikasi masih dapat terus tumbuh dan berkembang.
Proses Design Sistem Basis Data
Basis Data biasanya merupakan salah satu bagian dari suatu sistem informasi yang besar yang antara lain terdiri dari:
1.Data
2.Perangkat lunak DBMS
3.Perangkat keras komputer
4.Perangkat lunak dan sistem operasi komputer
5.Program-program aplikasi
6.Pemrogram, dll

Proses Design Basis Data
a.Pengumpulan dan analisa requirement
b.Design basis data conceptual
c.Pemilihan DBMS
d.Mapping dari conceptual ke logical
e.Physical Design
f.Implementasi
Proses Design Basis Data (cont’d)
Keenam phase dalam proses design tidak perlu dilaksanakan secara mutlak, mungkin ada umpan balik antar phase dan dalam masing-masing phase
Proses Design Paralel
Proses design terdiri dari dua proses yang paralel yaitu:
1.proses design dari data dan struktur dari basis data (data driven)
2.proses design dari program aplikasi dan pemrosesan basis data (process driven)

Mengapa Harus Paralel
Karena kedua proses tersebut saling bergantungan.
Contoh:
1.Menentukan data item yang akan disimpan dalam basis data tergantung dari aplikasi basis data tersebut, juga dalam menentukan struktur dan akses path.
2.Design dari program aplikasi tergantung dari struktur basis datanya.
3.Biasanya condong ke salah satu.
Phase 1: Pengumpulan Data & Analisa Requirement
1. Pengidentifikasian group pemakai dan area aplikasi
2. Penelitian kembali dokumen-dokumen yang sudah ada yang berhubungan dengan aplikasi  form, report, manual, organization chart, dsb
3. Analisa lingkungan operasi dan kebutuhan dari pemrosesan, seperti tipe transaksi, input/output, frekuensi suatu transaksi, dsb
4. Transfer informasi informal ke dalam bentuk terstruktur menggunakan salah satu bentuk formal dari requirement specification (bentuk diagram) seperti Flow Chart, DFD, UML Diagram, dll. Hal ini dilakukan untuk mempermudah pemeriksaan kekonsistenan, ketepatan, dan kelengkapan dari spesifikasi.

Phase 2: Design Conceptual
Phase 2A: Design Conceptual Schema
1. High level data model, bukan implementation-level data model
2. Memberikan gambaran yang lengkap dari struktur basis data yaitu arti, hubungan, dan batasan-batasan.
3. Conceptual schema bersifat tetap
4.Alat komunikasi antar pemakai basis data, designer, dan analis

Strategi untuk Design Schema
Top Down:
- mulai dengan beberapa high level entity type
- bagi lagi (top down) menjadi beberapa lower-level entity type dan relationship type
Bottom Up:
- mulai dengan atribut
- kelompokkan menjadi entity type & relationship type
- tambahkan relationship-relationship baru bila ada

Strategi untuk Design Schema (cont’d)
Inside Out:
1. bentuk khusus dari bottom-up
2. mula-mula ditentukan entity type yang merupakan pusat/bagian terpenting
3. tambahkan entity type dan relationship lain yang berhubungan satu sama lain

Strategi untuk Design Schema (cont’d)
Mixed:
1. requirement dibagi-bagi menggunakan strategi top down
2. sebagian dari schema di-design dari partisi-partisi menggunakan strategi bottom-up
3. bagian-bagian dari komponen-komponen tersebut kemudian digabungkan

Phase 2b: Design Transaksi
1. Pada saat suatu basis data di-design, aplikasi dari transaksi utama harus sudah diketahui
2. Transaksi-transaksi baru dapat didefinisikan kemudian
3. Tentukan karakteristik dari transaksi dan periksa apakah basis data sudah memuat semua informasi untuk melaksanakan transaksi

Phase 2b: Design Transaksi (cont’d)
Transaksi dapat dibagi dalam 3 bagian yaitu:
- retrieval
- update
- mixed
Phase 2a dan 2b sebaiknya dilaksanakan secara paralel dengan menggunakan umpan balik agar didapat design schema dan transaksi yang stabil

Phase 3: Pemilihan DBMS
Pemilihan DBMS ditentukan oleh sejumlah faktor antara lain:
1. faktor teknis: storage, akses path, user interface, programmer, bahasa query
2. faktor ekonomi: software, hardware, maintenance, training, operasi, konversi, teknisi, dll
3. faktor organisasi: kompleksitas, data, sharing antar aplikasi, perkembangan data, pengontrolan data

Phase 4: Mapping dari Data Model
1. Memetakan conceptual model ke dalam DBMS
2. Menyesuaikan schema dengan DBMS pilihan
3. Hasil pemetaan biasanya berupa DDL

Phase 5: Physical Design
Struktur storage, akses path untuk mendapatkan performance yang baik
Kriteria baik dapat dilihat dari:
- response time
- pemakaian storage
- throughput (jumlah transaksi per unit waktu)
Perlu tuning untuk memperbaiki performance berdasarkan statistik pemakaian

Phase 6: Implementasi Sistem Basis Data
1. DDL dan SDL dari DBMS dikompilasi membentuk schema basis data dan basis data yang masih kosong
2. Basis data dapat dimuati (di-load) dari sistem yang lama
3. Transaksi dapat diimplementasikan oleh program aplikasi dan dikompilasi
4. Siap dioperasikan

usulan/proposal penelitian

Seperti telah diuraikan sebelumnya, proses penelitian itu pada garis besarnya terdiri dari 4 tahap, yaitu :
a. Tahap persiapan
b. Tahap pelaksanaan
c. Tahap pengolahan dan analisis data
d. Tahap penulisan hasil penelitian (laporan)

Pada tahap persiapan ini mencakup kegiatan-kegiatan pemilihan (perumusan) masalah sampai dengan penyusunan instrumen (alat pengukur / pengumpulan data). Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada tahap persiapan ini biasanya dirumuskan dalam bentuk usulan atau proposal penelitian. Usulan penelitian ini biasanya dibedakan menjadi 2 versi, yaitu :

a. Usulan penelitian dimana hasil penelitian nanti fokusnya diarahkan kepada pemecahan masalah atau mencari informasi yang akan digunakan untuk memecahkan suatu masalah atau keperluan program. Dengan kata lain, usulan penelitian untuk kepentingan program.

b. Usulan penelitian dimana hasilnya difokuskan kepada kepentingan ilmu pengetahuan atau karya ilmiah, misalnya untuk membuat skripsi, thesis atau disertasi dan sebagainya. Usulan ini lebih terinci dan lebih rumit dibandingkan dengan versi yang pertama.

Format kedua versi usulan penelitian ini sedikit berbeda meskipun pada prinsipnya sama. Dibawah ini akan diuraikan sedikit tentang format atau outline usulan penelitian, khususnya untuk kepentingan penulisan ilmiah.
a. Judul penelitian
b. Latar belakang masalah
c. Perumusan masalah
d. Tujuan penelitian
- Umum
- Khusus
e. Manfaat penelitian
f. Tinjauan kepustakaan
g. Kerangka konsep, hipotesis, dan defenisi operasional
h. Metode penelitian :
- Jenis penelitian
- Populasi dan sampel
- Cara pengumpulan data
- Instrumen (alat pengumpulan data)
- Rencana pengolahan dan analisis data
i. Rencana kegiatan
j. Organisasi penelitian
k. Rencana biaya (anggaran)
l. Daftar kepustakaan

Sedangkan usulan penelitian versi yang pertama atau untuk program, format biasanya sesuai dengan selera atau aturan dari pihak pemberi dana. Tiap-tiap pemberi dana (donor agencies) biasanya menentukan sendiri format usulan penelitiannya sendiri-sendiri.

Namun demikian, sekurang-kurangnya mencakup pokok-pokok seperti dibawah ini :
a. Judul penelitian
b. Latar belakang masalah
c. Perumusan masalah
d. Tujuan penelitian
e. Manfaat penelitian
f. Metode penelitian :
- Jenis penelitian
- Populasi dan sampel
- Cara pengumpulan data
- Alat pengumpulan data
- Rencana pengolahan
g. Rencana kegiatan
h. Organisasi penelitian
i. Rencana anggaran

Selanjutnya akan diuraikan secara lebih terinci format usulan penelitian untuk kepentingan penulisan skripsi, thesis dan disertasi.

1. Judul Penelitian

Judul penelitian merupakan pencerminan dari tujuan penelitian. Oleh karena tujuan penelitian itu dirumuskan dari masalah penelitian atau dengan kata lain tujuan penelitian itu merupakan jawaban sementara dari pertanyaan-pertanyaan penelitian maka judul penelitian juga mencerminkan masalah penelitian.

Apabila suatu penelitian berjudul Ketidakseimbangan Imunisasi Polio pada Anak-Anak Balita di Wilayah Kabupaten Bogor maka hal ini mencerminkan bahwa masalah yang dihadapi Kabupaten Bogor pada saat itu adalah bahwa angka drop out atau ketidaksinambungan imunisasi sangat tinggi.

Judul penelitian tersebut juga mencerminkan bahwa tujuan penelitian akan mencoba mengungkapkan masalah-masalah (faktor-faktor) yang menyebabkan ketidaksinambungan imunisasi polio tersebut di Kabupaten Bogor. Dengan kata lain penelitian ini secara implisit akan mencari faktor-faktor yang berpengaruh atau berhubungan dengan drop out atau ketidaksinambungan imunisasi polio pada anak balita.

2. Latar Belakang Masalah

Dalam latar belakang masalah penelitian akan diuraikan fakta-fakta, pengalaman-pengalaman si peneliti, hasil-hasil penelitian dari orang lain, atau teori-teori yang melatarbelakangi masalah yang ingin diteliti. Dengan uraian tentang fakta, pengalaman dan teori-teori tersebut maka orang lain (pihak pemberi dana atau pembimbing) diyakinkan bahwa masalah yang akan diajukan tersebut cukup penting dan cukup justified.

Dalam latar belakang harus dengan jelas diuraikan mengapa masalah tersebut dipilih ? Apa justifikasinya ? Mengapa penelitian itu diadakan di wilayah tertentu ?

Apabila judul penelitian seperti contoh di atas (Ketidaksinambungan Imunisasi Polio pada Anak Balita di Wilayah Kabupaten Bogor) maka latar belakang harus diuraikan :
a. Peranan atau pentingnya imunisasi polio pada anak balita.
b. Masalah polio di Indonesia dan program imunisasi polio di Indonesia.
c. Masalah drop out atau ketidaksinambungan imunisasi polio secara umum di
Indonesia.
d. Masalah drop out imunisasi polio di Kabupaten Bogor.

Agar masalah yang akan diteliti tersebut cukup justified, uraian latar belakang tersebut harus didukung atau disertai dengan data atau fakta-fakta empiris.

3. Perumusan Masalah

Sebelum diuraikan bagaimana merumuskan masalah penelitian, terlebih dahulu akan dibahas apa yang dimaksud dengan masalah. Masalah adalah kesenjangan (gap) antara harapan dengan kenyataan, antara apa yang diinginkan atau yang dituju dengan apa yang terjadi atau faktanya.

Kembali kepada contoh judul penelitian tersebut diatas, itu bersumber kepada masalah penelitian yang ada, yakni kesenjangan antara harapan (imunisasi polio pada anak akan selalu berkesinambungan memperoleh imunisasi polio I, polio II dan polio III), tetapi kenyataannya atau yang terjadi tidak demikian (sebagian besar dari anak balita hanya memperoleh imunisasi polio I saja).

Contoh lain adalah penyuluhan dan kampanye tentang posyandu di Indonesia telah meluas. Berbagai media dan cara telah dilakukan baik oleh instansi kesehatan maupun diluar kesehatan, baik oleh petugas maupun masyarakat sendiri. Dengan upaya-upaya tersebut diharapkan posyandu menjadi milik masyarakat dan dimanfaatkan, dikembangkan dan dipelihara oleh masyarakat.

Tetapi dari hasil penelitian Jurusan Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku FKM-UI pada tahun 1990, baru sekitar 40% masyarakat mengembangkan, memelihara dan memanfaatkan posyandu. Disinilah adanya kesenjangan atau gap dan inilah masalah penelitian.

Mengenai bagaimana memilih masalah penelitian yang baik, pada uraian-uraian sebelumnya telah dijelaskan. Memilih masalah penelitian yang baik dan yang akan digunakan untuk kepentingan program maupun untuk kepentingan penulisan ilmiah dapat digunakan kriteria-kriteria yang akan diuraikan dalam bab lain.

Merumuskan masalah penelitaian ini dapat dilakukan dalam bentuk pernyataan (problema statement) dan juga dalam bentuk pertanyaan (research question).

Contoh : Posyandu di wilayah Kabupaten Bogor sudah merata, hampir tiap RW telah mempunyai posyandu. Penyuluhan-penyuluhan tentang imunisasi telah berjalan dengan baik di posyandu-posyandu. Namun angka drop out imunisasi polio masih tinggi, sekitar 75%. Hal ini berarti, kesinambungan imunisasi polio bagi anak balita di Kabupaten Bogor tersebut rendah.

Dari pernyataan penelitian ini kemudian dapat dilanjutkan dengan pertanyaan penelitian :
a. Mengapa kesinambungan imunisasi polio bagi anak balita di Kabupaten Bogor
rendah (mengapa angka drop out imunisasi polio tinggi) ?
b. Faktor-faktor apa yang menyebabkan atau mempengaruhi ketidaksinambungan
imunisasi polio bagi anak balita di Kabupaten Bogor ?

4. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah suatu indikasi ke arah mana atau data (informasi) apa yang akan dicari melalui penelitian itu ? Tujuan penelitian dirumuskan dalam bentuk pernyataan yang konkret dapat diamati (observable) dan dapat diukur (measurable).

Misal :
a. Memperoleh informasi (data) tentang jumlah pemeriksaan ibu-ibu hamil di
kecamatan X selama kehamilan.
b. Memperoleh informasi tentang hubungan antara frekuensi pemeriksaan
kehamilan dengan BBL (berat badan bayi lahir).

Biasanya tujuan penelitian dibedakan atas 2 yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan khusus pada hakekatnya adalah penjabaran dari tujuan umum. Contoh :

Tujuan Umum :

Diketahuinya hubungan antara kualitas fisik sarana air bersih yang digunakan dengan terjadinya diare di wilayah Kota Jakarta Pusat.

Tujuan Khusus :

a. Diketahuinya jenis sarana air bersih yang digunakan oleh masyarakat Jakarta
Pusat.
b. Diketahuinya kondisi / kualitas fisik sarana air bersih tersebut.
c. Diketahuinya hubungan antara kualitas fisik sarana air bersih dengan kualitas
airnya.
d. Diketahuinya hubungan antara kualitas fisik sarana air bersih dengan kejadian
diare.

Apabila tujuan umum suatu penelitian tidak dapat atau tidak perlu dispesifikasikan lagi maka tidak perlu adanya tujuan umum dan tujuan khusus, cukup dibuat “Tujuan Penelitian” saja.

5. Manfaat Penelitian

Yang dimaksud dengan manfaat penelitian adalah kegunaan hasil penelitian nanti baik bagi kepentingan pengembangan program maupun kepentingan ilmu pengetahuan. Oleh sebab itu, dalam manfaat penelitian harus diuraikan secara terinci manfaat atau apa gunanya hasil penelitian nanti.

Dengan kata lain, data (informasi) yang akan diperoleh dari penelitian tersebut akan dimanfaatkan untuk apa dalam rangka pengembangan program kesehatan. Dari segi ilmu, data atau informasi yang diperoleh dari penelitian tersebut mempunyai kontribusi apa bagi pengembangan ilmu pengetahuan.

Contoh :
a. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk masukan dalam rangka meningkatkan
upaya-upaya pencegahan diare khususnya di wilayah Kota Jakarta Pusat.
b. Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan kesehatan
masyarakat khususnya di bidang sanitasi lingkungan (untuk ilmu).

Beberapa peneliti (mahasiswa) kadang-kadang manfaat penelitian ini juga dilihat dari kepentingan pribadi peneliti yakni sebagai pengalaman proses belajar-mengajar khususnya dalam bidang metodologi penelitian. Tetapi menurut penulis, hal ini lebih baik tidak perlu dimasukkan dalam manfaat penelitian.

6. Tinjauan Kepustakaan (Literature Review)

Untuk mendukung permasalahan yang diungkapkan dalam usulan penelitian, diperlukan tinjauan kepustakaan yang kuat. Tinjauan kepustakaan ini sangat penting dalam mendasari penelitian yang akan dilakukan.

Tinjauan kepustakaan (literature review) ini biasanya mencakup 2 hal yaitu :

a. Tinjauan teori yang berkaitan dengan permasalahan yang akan diteliti. Hal ini dimaksudkan agar para peneliti mempunyai wawasan yang luas sebagai dasar untuk mengembangkan atau mengidentifikasi variabel-variabel yang akan diteliti (diamati).

Juga agar peneliti dapat meletakkan atau mengidentifikasi masalah yang ingin diteliti itu dalam konteks ilmu pengetahuan yang sedang digeluti. Oleh sebab itu sering didalam tinjauan kepustakaan ini diuraikan “kerangka teori” sebagai dasar untuk mengembangkan “kerangka konsep penelitian”.

b. Tinjauan dari hasil-hasil penelitian lain yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti. Selain akan memperluas pandangan dan pengetahuan peneliti, juga peneliti dapat menghindari “pengulangan” dari penelitian-penelitian yang telah dilakukan orang lain (menjaga originalitas penelitian).

Dalam tinjauan kepustakaan (literature review), peneliti (calon peneliti) hanya mencoba meninjau atau review terhadap teori-teori dan hasil-hasil penelitian orang lain, apa adanya saja. Hal ini berarti bahwa pemikiran dan pendapat-pendapat pembuat proposal penelitian tidak seyogyanya dimasukkan ke dalam Tinjauan Kepustakaan tersebut.

7. Kerangka Konsep dan Hipotesis

7.1 Kerangka Konsep-Konsep

Dari tinjauan kepustakaan dan kerangka teori serta masalah penelitian yang telah dirumuskan tersebut maka dikembangkan suatu Kerangka Konsep Penelitian. Kerangka konsep penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan antar konsep atau antar variabel yang akan diamati (diukur) melalui suatu penelitian.

Konsep adalah suatu abstraksi yang dibentuk dengan menggeneralisasikan suatu pengertian. Oleh sebab itu konsep tidak dapat diukur dan diamati secara langsung. Agar dapat diamati dan diukur maka konsep tersebut harus dijabarkan kedalam variabel-variabel. Dari variabel itulah, konsep dapat diamati dan diukur.

Contoh : Ekonomi keluarga adalah suatu konsep, untuk mengukur konsep ekonomi, dapat melalui variabel pendapatan atau pengeluaran keluarga. Tingkat sosial merupakan konsep, maka untuk mengukur tingkat sosial seseorang dapat melalui variabel pekerjaan.

Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud kerangka konsep penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep-konsep atau variabel-variabel yang akan diamati (diukur( melalui penelitian yang dimaksud.

Contoh : Kerangka Konsep Penelitian (lihat bagan)

Konsep-konsep (variabel-variabel) yang akan diamati berdasarkan contoh bagan tersebut adalah pendidikan, perilaku, status ekonomi, status sosial, kualitas fisik sarana air bersih dan kualitas air bersih sebagai variabel bebas (independent varables) dan kejadian diare sebagai variabel terikat (dependent variable).

Sekaligus penelitian ini akan membuktikan pengaruh dari tiap-tiap variabel bebas terhadap variabel tingkat (kejadian diare). Namun demikian kualitas air bersih sebagai variabel dependen untuk variabel-variabel bebas : pendidikan, kualitas sarana air bersih, status ekonomi, dan sebagainya.

7.2 Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari pertanyaan penelitian. Biasanya hipotesis dirumuskan dalam bentuk hubungan antara dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Hipotesis berfungsi untuk menentukan ke arah pembuktian, artinya hipotesis ini merupakan pernyataan yang harus dibuktikan. Kalau hipotesis tersebut terbukti maka menjadi thesis.

Rumusan hipotesis sudah mencerminkan variabel-variabel yang akan diamati dan diukur, dan bentuk hubungan antara variabel-variabel yang akan dihipotesiskan. Oleh sebab itu hipotesis seyogyanya spesifik, konkret dan observable (dapat diamati / diukur).

Kadang-kadang hipotesis tersebut dapat dijabarkan kedalam hipotesis-hipotesis yang lebih spesifik lagi (sub hipotesis). Beberapa orang sering membedakan adanya hipotesis mayor dan hipotesis minor. Hipotesis mayor masih lebih bersifat umum sedangkan hipotesis minor lebih bersifat khusus (spesifik) dan penjabaran dari hipotesis mayor.

Contoh : Hipotesis Mayor :

Kualitas air bersih ditentukan oleh kualitas sarana air bersih, perilaku, pendidikan, dan sosial ekonomi keluarga.

Hipotesis Minor (Sub Hipotesis) :
a. Makin tinggi pendidikan makin baik kualitas air bersihnya.
b. Makin baik kualitas sarana air bersih makin baik kualitas air bersih.
c. Makin baik perilaku makin baik kualitas air bersih.
d. Makin tinggi tingkat ekonomi makin baik kualitas air bersih.

Apabila suatu hipotesis sudah spesifik dan tidak perlu dijabarkan lagi maka hipotesis minor (sub hipotesis) tidak perlu disusun lagi.

7.3 Defenisi Operasional Variabel

Untuk membatasi ruang lingkup atau pengertian variabel-variabel yang diamati / diteliti, perlu sekali variabel-variabel tersebut diberi batasan atau defenisi operasional. Defenisi operasional ini juga bermanfaat untuk mengarahkan kepada pengukuran atau pengamatan terhadap variabel-variabel yang bersangkutan serta pengembangan instrumen (alat ukur).

Contoh :

a. Sarana air bersih
Bangunan atau alat yang digunakan untuk mendapat air bersih, berupa sumur
pompa tangan, sumur gali, PAM dan sebagainya.
b. Diare
Gangguan / penyakit perut yang ditandai dengan mencret / berak-berak encer
lebih dari 3 kali sehari.
c. Anemia ibu hamil
Keadaan kadar hemoglobin di dalam darah ibu hamil yang lebih rendah daripada
nilai normal, yaitu 11 gram%.

Pada waktu menyusun defenisi operasional variabel biasanya sekaligus diidentifikasi skala pengukuran variabel yang digunakan, apakah nominal, ordinal, interval ataukah rasio. Misalnya variabel air bersih menggunakan skala pengukuran ordinal (baik, sedang, kurang) dan sebagainya.

8. Metode Penelitian

Dalam bagian ini diuraikan tentang metode dan cara yang akan digunakan dalam penelitian. Oleh sebab itu dalam uraian ini telah tercermin langkah-langkah teknis dan operasional penelitian yang akan dilaksanakan. Beberapa peneliti menggunakan istilah desain penelitian (research design) karena dari situ akan tampak rancangan penelitian yang akan dilaksanakan.

Beberapa peneliti lain menggunakan istilah bahan dan cara (material and method). Menurut penulis, istilah ini hanya cocok untuk penelitian-penelitian yang berkaitan dan menggunakan bahan atau materi seperti mikroskop, object glass, bahan-bahan kimia dan sebagainya pada penelitian di laboratorium.

Dalam uraian metode penelitian atau bahan dan cara ini mencakup berikut ini :

8.1 Jenis penelitian

Menjelaskan termasuk ke dalam jenis pendekatan atau metode yang mana, penelitian yang diusulkan tersebut. Misalnya penelitian itu menggunakan metode survei dengan pendekatan cross sectional dimana data yang menyangkut variabel bebas atau resiko dan variabel terikat atau variabel akibat, akan dikumpulkan dalam waktu yang bersama.

8.2 Populasi dan Sampel

Dalam bagian ini diuraikan populasi penelitian dan sampel. Dalam populasi dijelaskan secara spesifik tentang siapa atau golongan mana yang menjadi sasaran penelitian tersebut.
a. Misal : Populasi dalam penelitian adalah ibu-ibu yang berdomisili di Kecamatan
Jatinegara, Jakarta Timur.
b. Populasi dalam penelitian ini adalah remaja yang berumur antara 12-18 tahun
yang bertempat tinggal di DKI Jakarta, dan sebagainya.

Sedangkan sampel harus disebutkan teknis pengambilan sampel, apakah random dan random yang mana. Disamping teknis pengambilan sampel maka perlu dijelaskan juga besarnya sampel, beserta rumusnya (bila ada).

8.3 Cara Pengumpulan Data

Dijelaskan cara atau metode yang digunakan untuk pengumpulan data. Dalam suatu penelitian kadang-kadang tidak hanya menggunakan satu cara pengumpulan data. Misalnya : di samping metode wawancara (interview), kadang-kadang perlu dilengkapi dengan observasi (pengamatan) atau sebaliknya. Metode angket juga kadang-kadang perlu dilengkapi dengan wawancara dan sebagainya.

Pengumpulan data kadang-kadang tidak dilakukan oleh peneliti tetapi menggunakan orang lain yang disebut surveyor atau interviewer.

Untuk mencegah adanya data yang bias maka para petugas pengumpulan data tersebut diberikan pelatihan terlebih dahulu oleh peneliti sendiri. Selain diberikan teknik-teknik pengumpulan data (wawancara, obserview dan sebagainya) juga diberikan penjelasan tentang cara-cara pengisian instrumen (kuesioner), editing, coding dan sebagainya.

8.4 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk pengumpulan data. Instrumen ini dapat berupa kuesioner (daftar pertanyaan), formulir observasi, formulir-formulir lain yang berkaitan dengan pencatatan data dan sebagainya.

Apabila data yang akan dikumpulkan adalah data yang menyangkut pemeriksaan fisik maka instrumen penelitian ini dapat berupa stetoskop, tensimeter, timbangan, meteran atau alat antropometrik lainnya untuk mengukur status gizi dan sebagainya.

Agar instrumen penelitian valid dan reliable maka sebelum digunakan perlu diuji coba (pre test) terlebih dahulu. Yang dimaksud valid adalah instrumen sebagai alat ukur benar-benar mengukur apa yang diukur. Sedangkan reliable artinya instrumen sebagai alat ukur dapat memperoleh hasil ukur yang ajeg (konsisten) atau tetap asas. Uji instrumen ini dapat menggunakan rumus korelasi product moment.

8.5 Rencana Pengelolaan dan Analisis Data

Bagian ini harus diuraikan rencana yang akan dilakukan untuk mengolah dan analisis data. Dijelaskan proses pengolahan datanya dari editing, coding dan sebagainya sampai dengan data entry (apabila pengolahan dilakukan dengan komputer).

Juga dijelaskan bagaimana data itu akan diolah dengan manual atau dengan menggunakan bantuan komputer. Selanjutnya diuraikan rencana yang akan dilakukan untuk menganalisis data serta uji statistik yang akan digunakan termasuk program komputer untuk uji statistik tersebut.

9. Jadwal Kegiatan

Dalam bagian ini diuraikan langkah-langkah kegiatan dari mulai menyusun proposal penelitian sampai dengan penulisan laporan penelitian beserta waktu berjalannya atau berlangsungnya tiap kegiatan tersebut. Biasanya jadwal kegiatan ini disusun dalam bentuk suatu gant’s chart.

Contoh Sederhana :

----------------------------------------------------------
Bulan ke :
Kegunaan -----------------------------
1 2 3 4 5 6
----------------------------------------------------------
1. Penyusunan Proposal X
2. Penyusunan Instrumen X
3. Persiapan Lapangan XX
4. Uji Coba Instrumen XX
5. Pengumpulan Data XX XXX XX
6. Pengolahan Data XX
7. Analisis Data X XX
8. Penyusunan Laporan X
----------------------------------------------------------

10. Organisasi

Menguraikan susunan atau organisasi penelitian. Lazimnya organisasi penelitian terdiri dari peneliti utama (principal investigator), peneliti (anggota peneliti), surveyor (petugas pengumpulan data) dan sekretariat. Kadang-kadang ditambah dengan penasehat dan konsultan.

11. Rencana Biaya (Anggaran)

Diuraikan besarnya biaya per kegiatan serta jumlah keseluruhan biaya penelitian tersebut. Kegiatan yang dapat dibiayai oleh suatu kegiatan penelitian dimulai dari rapat-rapat penyusunan proposal, instrumen dan sebagainya sampai dengan penulisan hasil penelitian bahkan sampai dengan biaya seminar hasil penelitian.

12. Daftar Kepustakaan

Adalah semua literatur atau bacaan yang digunakan untuk mendukung dalam menyusun proposal tersebut. Literatur ini umumnya terdiri dari buku-buku teks, majalah atau jurnal ilmiah, makalah ilmiah, skripsi, thesis atau disertasi.

Telah diuraikan teknik penyusunan proposal atau usulan penelitian, khususnya untuk kepentinfan penelitian yang hasilnya akan digunakan untuk pembuatan skripsi (S1), thesis (S2), atau disertasi (S3).

Pedoman ini juga dapat digunakan untuk penyusunan proposal berkaitan dengan proyek atau kepentingan program, dengan catatan dan uraian tentang Tinjauan Kepustakaan dan Kerangka Konsep dan Hipotesis biasanya tidak lazim dimasukkan.

Update : 31 Juli 2006

Sumber :

Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo. Metodologi Penelitian Kesehatan. Cet. ke-2, Januari. Jakarta : Rineka Cipta. 2002.


www.scribd.com/doc/2235912/contoh-proposal - 468k -

Lamaran Kerja Bahasa Indonesia

Contoh ke 1.


Kendari, 15 februari 2009

Hal : Lamaran Pekerjaan

Kepada Yth.,
Manajer Sumber Daya Manusia
PT. Monster
di
Landono


Dengan hormat,

Bpk. Asis Gande, seorang asisten editor di PT. Monster, menginformasikan kepada saya tentang rencana pengembangan Departemen Finansial PT. Hand's Parmantindo.
Sehubungan dengan hal tersebut, perkenankan saya mengajukan diri (melamar kerja) untuk bergabung dalam rencana pengembangan PT. Hand's Parmantindo.

Mengenai diri saya, dapat saya jelaskan sebagai berikut :
Nama : Asis
Tempat & tgl. lahir: Kambara, 25 oktober 1987
Pendidikan Akhir : SMA
Alamat : Kendari
Telepon, HP, e-mail: 085241922704
Status Perkawinan : kawin


Saat ini saya bekerja di PT. Flamboyan Bumi Singo, sebagai staf akuntasi dan perpajakan, dengan fokus utama pekerjaan di bidang finance dan perpajakan.

Sebagai bahan pertimbangan, saya lampirkan :

1. Daftar Riwayat Hidup.
2. Foto copy ijazah S-1.
3. Foto copy sertifikat kursus/pelatihan.
4. Pas foto terbaru.

Besar harapan saya untuk diberi kesempatan wawancara, dan dapat menjelaskan lebih mendalam mengenai diri saya. Seperti yang tersirat di resume (riwayat hidup), saya mempunyai latar belakang pendidikan, pengalaman potensi dan seorang pekerja keras.

Demikian saya sampaikan. Terima kasih atas perhatian Bapak.

Hormat saya,



Asis

Kamis, 12 Maret 2009

cerita lucu-lucu

Karya joko susilo

pendekar
Ada 3 pendekar yang sedang pamer kebolehan.

Pendekar 1: “Lihat, lalat sedang terbang saya sabet pakai rencong, dua sayapnya putus!!!”

Pendekar 2: “Lihat, lalat saya sabet pakai badik, badannya putus jadi 2!!!”

Pendekar 3: “Lihat seekor nyamuk sedang terbang saya sabet pake clurit.”

Nyamuk itu tidak jatuh, tetapi terbang dan berputar-putar.

Pendekar 1 dan 2: “Wah…, sabetan clurit anda tidak kena. Lihat nyamuknya masih terbang dan berputar-putar di atas kepala saudara.”

Pendekar 3: “Eeiit jangan salah! Saya memang tidak bermaksud membunuh nyamuk itu. Sabetan saya cuma menyunat anunya doang. Coba tangkap, pasti anunya tidak

Makalah Kewirausahaan

BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pada awal berdirinya usaha, diperlukan suatu acuan atau rencana agar usaha tersebut dapat berjalan sesuai dengan apa yang diinginkan. Perencanaan usaha atau business plan adalah suatu dokumen yang menyatakan keyakinan akan kemampuan sebuah bisnis untuk menjual barang atau jasa dengan menghasilkan keuntungan yang memuaskan dan menarik bagi penyandang dana.
Jadi business plan adalah dokumen tertulis yang disiapkan oleh wirausaha yang menggambarkan semua unsur yang relevan baik internal mapupun eksternal mengenai suatu perusahaan untuk memulai usahanya. Business plan dibuat untuk jangka panjang ataupun jangka pendek. Perincian business plan tergantung pada perusahaan yang akan memulai operasinya. Sehingga pihak penyedia dana akan tertarik untuk ikut serta dalam usaha tersebut.

Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah:
1. Apa pengertian perencanaan usaha serta tujuannya.
2. Bagaimana strategi menyusun proposal bisnis yang efektif.

Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan ini adalah:
a. Untuk mengetahui pengertian perencanaan usaha serta tujuannya.
b. Mengetahui bagaimana strategi menyusun proposal bisnis yang efektif.


BAB II
PEMBAHASAN

I. Perencanaan Usaha

A. Mengenal Peluang

Menangkap peluang artinya bagaimana kita berpikir secara kreatif dan inovatif untuk menciptakan atau meraih suatu kesempatan bisnis dimana tidak ada orang atau hanya sebagian kecil orang yang dapat melakukan.
Langkah-langkah untuk mendapatkan peluang:
a. Mempersiapkan daftar peluang usaha
b. Teknik menggali gagasan usaha
c. Menetapkan sasaran peluang terbaik
d. Beberapa pertanyaan sebelum memulai bisnis

B. Menyusun Perencanaan Usaha

Untuk mencapai keuntungan pemilik usaha harus merencanakan suatu strategi menyeluruh bagaimana cara melaksanakan tugas-tugas usaha.
Ada beberapa unsur yang harus ada dalam perencanaan usaha, yaitu
(1) Ringkasan pelaksanaan,
(2) Profil usaha,
(3) Strategi usaha,
(4) Produk dan jasa,
(5) Strategi pemasaran,
(6) Analisis pesaing,
(7) Ringkasan karyawan dan pemilik,
(8) Rencana operasional,
(9) Data financial,
(10) Proposal/usulan pinjaman,
(11) Jadwal operasional (zimmerer, 1993).

menurut lambing (2000) perencanaan usaha memuat sejumlah topic yaitu:
(1) Ringkasan eksekutif,
(2) Pernyataan misi,
(3) Lingkungan usaha,
(4) Perencanaan pemasaran,
(5) Tim manajemen,
(6) Data financial,
(7) Aspek-aspek legal,
(8) Jaminan asuransi,
(9) Orang-orang penting,
(10) Pemasok,
(11) Risiko

Ada 6 hal pokok yang perlu dirumuskan dalam merencanakan usaha yaitu:
1. Kegiatan apa yang dilakukan untuk menjalankan usaha guna mencapai keuntungan?
2. Apa sebabnya tindakan tersebut harus dilakukan?
3. Dimana tindakan itu harus dilakukan?
4. Kapan tindakan itu harus dilakukan?
5. Siapa yang akan mengerjakan?
6. Bagaimana cara melakukannya?

Tujuan perencanaan usaha ini adalah untuk:
a. Mengantisipasi ketidakpastian dan perubahan yang mungkin terjadi masa yang akan datang
b. Agar semua perhatian dan aktifitas terpusat pada usaha
c. Memastikan bahwa proses pencapaian tujuan berlangsung ekonomis
d. Memudahkan pengawasan
e. Sebagai pedoman dalam melaksanakan kegiatan

Wujud dari perencanaan usaha adalah proposal kegiatan usaha (busnes plan). Proposal usaha merupakan media komunikasi bisnis seorang wirausaha dengan pihak lain untuk mendapatkan dukungan terhadap usaha yang akan dikelola. Dalam poposal bisns ini wirausaha menuangkan profil bisnis yang akan dikembangkannya. Pada proposal wirausahawan merefleksikan gambaran perusahaan yan dkembangkan. Oleh karenanya, proposal bisnis harus rasional,tidak sekadar menyalin proposal bisnis lainnya.

II. Strategi Menyusun Proposal Bisnis yang Efektif

A. Pengertian proposal Bisnis

Proposal bisns merupakan dokumen tertulis yang rinci mengenai usaha baru yang tengah direncanakan. Setiap aspek dalam uasaha tersebut perlu dideskripsikan mulai dari proyek yang akan dilakukan, pemasarannya, penelitian dan pengembangan, masalah pbrik, manajemen, risiko yang akan dihadapi, masalah finansial, sampai masalah penjadwalan waktu.
Proposal bisnis berisikan deskripsi dari proyek yang akan dilakukan, pemasarannya, penelitian dan pengembangan, masalah pabrik, manajemen, resiko yang akan dihadapi, masalah finansial, sampai masalah perjadwalan waktu.
Ada 4 (empat) faktor kritis yang perlu diperhatikan dalam menyusun proposal bisnis yaitu:
1. Tujuan yang realistis, artinya tujuan yang ingin dicapai harus spesifik, dapat diukur, dan ada kesatuan diantara waktu dan parameternya.

2. Komitmen, artinya bisnis perlu mendapatkan dukungandari seluruh pihak yang terlibat, baik itu dari pihak keluarga, mitra bisnis, karyawan atau anggota tim.

3. Batasan waktu, artinya sub-sub tujuan harus dibuat secara berkesinambungan dan ada evaluasi waktu atas kenajuan-kemajuan yang dicapai.

4. Fleksibilitas, artinya bisnis harus dapat diantisipasi akan memungkinkan munculnya alternatif strategi yang dapat diformulasikan

B. Manfaat Proposal Usaha
Ada beberapa manfaat yang dapat diperoleh seorang wirausaha dengan adanya rencana yang dituangkan dalam proposal bisnis yaitu:
1. Memberikan gambaran bahwa wirausaha disiplin, berpikir kritis dan obyektif atas bidang usaha yang akan dimasukinya.

2. Analisis persaingan, faktor ekonomi, dan analisis finansial yang ada dalam proposal bisnis dapat mendekati seberapa besar tingkat keberhasilan usaha yang akan dijalankan.

3. Membantu wirausaha untuk mengembangkan dan menguji strategi dan hasil yang diharapkan dari sudut pandang pihak lain.

4. Berguna untuk membandingkan antara prakiraan dengan hasil yang nyata, karena proposal bisnis men gukur tujuan dan rencana bisnis.

5. Menjadi alat komunikasi bagi wirausaha untuk memaparkan dan menyakinkan gagasannya kepada pihak lain secara menyeluruh.

6. Memberikan informasi mengenai potensi pasar dan perkiraan market share yang mungkin diraih.

7. Keseluruhan prospek finansial dan ilustrasi rencana bisnis dari usaha memberi gambaran akan kemampuan wirausaha untuk memenuhi kewajiban/utang.

8. Dapat mengidentifikasi adanya resiko kritis yang mungkin terjadi sehingga dapat mengantisipasinya.

9. Memberikan informasi mengenai sumber finansial yang jelas.

10. Proposal bisnis dapat menjadi sebuiah gambaran awal seberapa jauh kemampuan manajerial seorang wirausaha.

C. Siapa Yang Membaca Proposal Bisnis
Proposal bisnis dibuat bukan hanya untuk diri sendiri, tetapi untuk pihak lain seperti bankir, investor, konsumen., pengacara, konsultan, dan para suplier. Oleh karena itu ada tiga hal yang diperlukan seorang calon wirausaha dalam mempersiapkan sebuah proposal bisnis.
1. Harus memiliki pengetahuan teknologi dan daya kreatifitas.
2. Harus memiliki kemampuan pemasaran.
3. Harus memiliki kemampuan untuk membuat proyek finansial.
Sementara itu, para calon investor biasanya akan melakukan beberapa hal sebelum memutuskan untuk ikut terlibat alam usaha yang ditawarkan oleh wirausaha yaitu:
1. Mengidentifikasi karakteristik industri dan tingkat resikonya.
2. Melihat struktur finansial dari rencana usaha tersebut.
3. Membaca keseimbangan lembar terakhir dari proposal.
4. Mengamati kualitas spekulasi wirausaha.
5. Membaca keseluruhan proposal dengan lebih teliti.

D. Unsur-Unsur Dalam Proposal Bisnis
Berikut ini adalah contoh kerangka proposal bisnis yang pada umumnya dibuat para wirausaha
Bab I : Ringkasan
Bab II : Deskripsi Aspek-Aspek Bisnis
Deskripsi umum mengenai usaha
Latar belakang industri
Sejarah dan latar belakang perusahaan
Tujuan atau potensi usaha dan pembagian waktu (jika ada)
Keunikan produk atau pelayanan.
Bab III : Aspek Pemasaran
Penelitian dan analisis
1. Target pasar (konsumen)
2. Ukuran dan tren pasar
3. Situasi persaingan
4. Kalkulasi/perkiraan bagian pasar
Rencana pemasaran
5. Strategi pasar meliputi penjualan dan distribusi
6. Masalah penetapan harga
7. Periklanan dan promosi
Bab IV : Penelitian, Model dan Pengembangan
Pengembangan dan rencana desain
Hasil-hasil penelitian teknologi
Kebutuhan asisten penelitian
Struktur biaya
Bab V : Aspek Pabrik
Analisis lokasi
Kebutuhan produksi, fasilitas dan peralatan
Penyuplai/faktor-faktor transportasi
Suplai tenaga kerja
Data biaya pabrik
Bab VI : Aspek Manajemen
Tim manajemen
Struktur legal meliputi perjanjian cadangan barang, perjanjian tenaga kerja,
kepemilikan dan lain-lain
Susunan direktur, penasihat, konsultan, dll.
Bab VII : Aspek Resiko
Masalah-masalah yang potensial
Resiko dan hambatan
Tindakan alternatif
Bab VIII : Aspek finansial
Perkiraan finansial
1. Keuntungan dan kerugian
2. Arus kas
3. Analisis BEP
4. Biaya
Sumber-sumber dan pemakaian dana
Rencana anggaran
Pentahapan finansial
Bab IX : Aspek Jadwal Pembagian Waktu
Penentuan waktu dan tujuan
Batas waktu
Hubungan peristiwa-peristiwa
Bab X : Apendiks dan atau Bibliografi
Aspek pemasaran

Dalam laporan aspek pemasaran, seorang wirausaha harus dapat meyakinkan investor tentang perkiraan pasar yang dapat menyerap poduk/jasa yang akan ditawarkan seh8ngga proyeksi penjualan dapat dicapai, dan kompetisi dapat dimenangkan.
Analisis situasi persaingan
Pengetahuan akan situasi persaingan yang ada, berguna untuk memperkirakan seberapa besar kekuatan dan kelemahan produk-produk/jasa yang sudah berkompetisis di pasar, dan seberapa besar daya saing produk/jasa kita dibanding yang lain. Untuk itu, wirausaha perlu mencari berbagai sumber yang dapat digunakan unutk menilai pesaing potensial (dalam manajemen pemasaran hal ini dikenalk dengan intelejen pemasaran).
Kebijakan harga
Penentuan harga harus tepat sehingga dalam menembus pasar, memelihara posisi pasar, dan menghjasilkan keuntungan.
Rencana periklanan
Untuk produk-produk pabrik, persiapan produk dan promosi rencana untuk show peragangan, priklanan melalui majalah, dan selebaran serta biro periklanan harus perlu diperlihatkan.
Penelitian, desain dan segmen pengembangan
Penelitian, desain, waktu dan pengujian khusus harus dijabarkan dalam apek ini. Investor perlu mengetahui status proyek dalam penunda-nundaan. Untuk mendapatkan hasil yang menyeluruh, wirausaha harus mempunyai seorang asisten teknik unruk mempersiapkan detail-detailnya.
Bagian apendiks atau bibliografi(lampiran-lampiran)
Apendiks dan biografi merupakan aspek terakhir yang melengkapi perencanaan dan merupakan bagian dari proposal bisnis yang dibuat. Dalam bagian ini, diagram, data-data finansial, riwayat hidup tiap-tiap anggota tim, ataupun informasi pustaka yang berhubungan dengan aspek-aspek lain dari rencana yang dapat disertakan.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan dari pembahasan diatas, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
Perencanaan usaha atau business plan adalah suatu dokumen yang menyatakan keyakinan akan kemampuan sebuah bisnis untuk menjual barang atau jasa dengan menghasilkan keuntungan yang memuaskan dan menarik bagi penyandang dana.
Tujuan perencanaan usaha ini adalah untuk:
a. Mengantisipasi ketidakpastian dan perubahan yang mungkin terjadi masa yang akan datang
Agar semua perhatian dan aktifitas terpusat pada usaha
Memastikan bahwa proses pencapaian tujuan berlangsung ekonomis
Memudahkan pengawasan
Sebagai pedoman dalam melaksanakan kegiatan
Proposal bisnis berisikan deskripsi dari proyek yang akan dilakukan, pemasarannya, penelitian dan pengembangan, masalah pabrik, manajemen, resiko yang akan dihadapi, masalah finansial, sampai masalah perjadwalan waktu.

Saran

Adapun saran yang ingin disampaikan oleh penulis adalah agar setelah membaca makalah ini, sebaiknya dapat diaplikasikan sebagai peluang untuk merencanakan usaha.



DAFTAR PUSTAKA

Ramly, Dr., Mpd., dkk. 2007. Kewirausahaan. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. UNHALU.
http://www.geocities.com/agus_lecturer/kewirausahaan/perencanaan_usaha_business_plan.htm
http://aindra.blogspot.com/2007/11/seksualitas-serat-centhini.html
http://arsipbisnis.wordpress.com/2008/09/08/perencanaan-keuangan-bagi-usaha-kecil-menengah-ukm/
http://www.articlesnatch.com/id/Article/How-to-write-an-effective-business-letter-that-get-good-results/497222

Latihan Ngeblog © 2008. Design by :Yanku Templates Sponsored by: Tutorial87 Commentcute