Senin, 30 Maret 2009

MODEL PEMBERDAYAAN PONDOK PESANTREN
SEBAGAI
PUSAT PENGEMBANGAN SAPI POTONG

Oleh :
Prof Dr Ir Soemarno MS, dkk.


RINGKASAN

Program ini dirancang dalam rangka ikut mendukung gerakan nasional pemberdayaan masyarakat dan penanggulangan kemiskinan melalui upaya pemberdayaan dan penguatan kelembagaan PONPES sebagai pusat pengembangan sapi potong, serta menerapkan teknologi inovatif dalam sistem produksi sapi potong.
Program Payung Pemberdayaan PONPES ini ini terdiri atas lima kegiatan yang saling berkaitan, yaitu:
1. Menyusun Sistem Informasi tentang Minat berwira-usaha agribisnis sapi-potong di kalangan PONPES dan masyarakat sekitarnya, serta kendala-kendala yang dihadapi (Kegiatan A).
2. Merancang Panduan Paket Sistem Sekolah Lapang Agribisnis Sapi-potong berpendampingan (Kegiatan B)
3. Melaksanakan Rekruitment dan SLASP bagi PONPES, masyarakat sekitar dan para pendamping (Kegiatan C).
4. Melaksanakan Ujicoba Pendampingan Pemberdayaan PONPES senagai Pusat Pengembangan Sapi Potong (Kegiatan D)
5. Monitoring dan Evaluasi Kegiatan Agribisnis Sapi Potong dengan Pendampingan (Kegiatan E)

Lokasi kegiatan adalah sbb:


No Wilayah PONPES RTP Pendamping
1 Tuban 1 unit 10 2
2 Magetan 1 unit 10 2
3 Blitar 1 unit 10 2
4 Lumajang 1 unit 10 2
5 Kediri 1 unit 10 2
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Gerakan terpadu revitalisasi pertanian, penanggulangan kemiskinan, pemberdayaan masyarakat dan penguatan usaha ekonomi rakyat di seluruh tanah air masih menghadapi tantangan dan kendala serius. Oleh karena itu diperlukan berbagai terobosan kegiatan dan/atau program khusus untuk mempercepat keberhasilan gerakan nasional tersebut.

Salah satu program khusus untuk mensukseskan gerakan nasional dalam lingkup revitalisasi pertanian dapat dituangkan dalam Konsep Pemberdayaan PONPES sebagai pusat pengembangan sapi potong melalui Pendampingan. Program ini dikonsepkan bukan merupakan program yang berdiri sendiri tanpa memerlukan dukungan program lain, namun justru melalui program inilah diharapkan dapat dipadukan berbagai program sektoral maupun regional yang diarahkan untuk pengembangan ekonomi wilayah dan masyarakat pedesaan. Dengan demikian dampak positif daripada program ini akan semakin besar dan pada akhirnya kemiskinan dan keterbelakangan secara berangsur-angsur dan pasti dapat ditanggulangi. Seba­gai suatu program yang strategis dan koordinatif, dalam pelaksanaan program ini harus dipupuk dan dibina semangat kebersamaan yang tinggi di antara berbagai pihak yang terkait baik yang berkedudukan "membantu" maupun yang "dibantu", termasuk PONPES dan masyarakat di sekitarnya.

Salah satu bentuk kegiatan penunjang dalam kerangka implementasi program ini ialah Penyiapan PONPES dan masyarakat sekitarnya (Majelis ta’lim) untuk mampu menjadi "pengusaha" Agribisnis Sapi Potong. Dengan dukungan bentuk-bentuk program khusus dapat dilakukan DIKLAT dan Program Aksi pendampingan dengan tujuan meningkatkan akses dan kualitas sumberdaya PONPES dan masyarakat sekitarnya sebagai kader pembangunan bangsa dan pada gilirannya mampu bersama-sama dengan masyarakat luas mengembangkan usaha agribisnisnya (dengan basis Produk Unggulan Sapi Potong).

Dengan memperhatikan kenyataan bahwa kelembagaan sosial di pedesaan dan kelompok-kelompok masyarakat yang ada belum memadai untuk mengembangkan usaha ekonomi desa, serta keterba­tasan akses masyarakat terhadap berbagai fasilitas dan kemudahan-kemuda­han yang disediakan pemerintah, maka diperlukan upaya khusus untuk menyiapkan tenaga pendamping dan para santri PONPES sebagai kader pembangunan mandiri yang berwawasan wirausahawan.


1.2. Analisis Situasi

Memberdayakan PONPES sebagai pusat pengembangan Agribisnis Sapi Potong berarti memberikan teknologi (IPTEK) baru yang diharapkan dapat diterima dan diterapkan oleh masyarakat PONPES. Beberapa faktor yang mempengaruhi kecepatan proses peneri­maan innovasi adalah : (1) sifat innovasi, (2) saluran komunikasi yang digunakan, (3) keadaan masyarakat PONPES yang akan menerima innov­asi, (4) peran pendampingan, (5) jenis pengambilan keputusan. Teknologi innova­si yang akan di innovasikan hendaklah mempertimbang­kan persyaratan yaitu dari segi teknis, sosial dan ekonomi. Segi teknis bahwa teknologi mudah dilaksanakan oleh penerima; segi sosial, tidak bertentangan dengan kaidah-kaidah atau norma masyarakat yang ada dan segi ekonomi, memberi keuntungan.
Saluran komunikasi mempengaruhi cepat lambatnya teknologi itu sampai pada obyek dengan metoda komunikasi yang tepat maka pesan itu dengan mudah diterima. Metoda komunikasi yang tepat di daerah pedesaan adala face - to face atau kunjungan langsung ke obyeknya. Kondisi masya­rakat di lingkungan PONPES mempunyai karakteristik tersendiri sehingga diperlukan metoda tertentu agar pesan (teknologi) itu mudah diterima. Dalam pada itu peranan pendamping sangat mutlak. Dengan pendampingan purna waktu yang berkualitas maka akan lebih mudah meyakinkan pesan yang diberikan kepada obyeknya.
Pendamping sebagai pembina hendaklah memenuhi persyaratan : (1) men­guasai ilmu pengetahuan (IPTEK), (2) pandai bergaul menghormati norma- norma yang ada, (3) mempunyai tekad dan idealisme yang tinggi untuk men­sukseskan programnya. Pendamping hendaknya dapat dengan cepat mampu menga­nalisis situasi dan dapat membaca problema yang dihadapi oleh obyek dan segera mengambil langkah-langkah untuk mengatasinya.
Pengambilan keputusan untuk menerima teknologi baru dilakukan oleh klien (masyarakat) dengan cara individual atau berkelompok atau berdasarkan instruksi dari pendamping yang berkompeten; bahkan oleh pemimpin non formal. Oleh karena itu perlu dipertimbangkan saluran pendampingan yang efektif agar teknologi itu dapat segera diterima oleh klien (petani).

1.3. Perumusan Masalah

Permasalahan Petani-Pekebun Kopi Rakyat
Beberapa hal yang diperkirakan menjadi permasalahan yang dihadapi adalah:
(1). Permasalahan Kapabilitas dan Ketersediaan Sumberdaya bagi proses agribisnis sapi potong. Kendala sumberdaya megakibatkan tingginya biaya produksi yang harus dikeluarkan oleh produsen, akibat selan­jutnya ialah proses produksi kurang efisien dan harga jual produk yang relatif tinggi. Hal ini diperburuk oleh semakin mahalnya harga-harga sarana produksi pada tingkat masyarakat.
(2). Keterbatasan penguasaan faktor produksi, khususnya sarana produksi. Sejumlah besar rumah tangga hanya menguasai lahan yang relatif sempit. Hal ini diperkirakan juga berpengaruh terhadap minat petani untuk berwira-usaha.
(3). Surplus tenagakerja pedesaan dengan ketrampilan teknis dan manajemen yang terbatas, karena terbatasnya kesempatan untuk berlatih secara efektif.. Sebagai dampak krisis ekonomi yang berkepanjangan, sebagian besar tenaga­kerja (penduduk usia produktif) sedang menganggur musiman.
(4). Keterbatasan alternatif pilihan teknologi produksi, teknologi pasca panen dan pengolahan hasil, serta teknologi non pertanian. Kelompok petani kecil di desa tidak mempunyai akses yang memadai untuk menentukan alternatif usaha tanaman dan agro-teknologinya, sehingga produktivitas marginalnya sangat rendah. Perkembangan lapangan kerja off-farm juga belum didukung oleh teknologi tepat guna yang mema­dai, atau masih bersifat kecil-kecilan dan sederhana sekali.
(5). Keterbatasan informasi teknologi inovatif, pembinaan, fasilitas permodalan, proteksi usaha dan kesempatan (opportunity), suatu lingka­ran yang lazim dalam bisnis modern. Hampir dalam setiap kegiatannya mereka harus melakukan secara swakarsa dan bersedia untuk harus puas dengan apa yang menjadi milik­nya saja, tanpa keinginan untuk lebih dari apa yang mung­kin. Sementara itu faktor produksi unggulan tersebut dikuasai oleh sektor perkotaan industrial, terutama dalam wujud informasi, teknologi dan fasilitas permodalan.
(6). Nilai tukar perdagangan (term of trade) barang produk pedesaan lebih rendah terhadap barang produk perkotaan atau sektor modern. Hal ini mengakibatkan warga desa kurang memperoleh surplus yang berarti, hampir dalam semua lapangan pekerjaan yang dilakukan, sehingga tidak memung­kinkan melakukan akumulasi kapital. Hal ini dapat dilihat dari rendahnya nilai tukar petani.
(7). Terbatasnya volume uang yang beredar di pedesaan, hal ini merupakan dampak dari produktivitas marjinal yang sangat rendah atau nol dan keterbatasan fasilitas kredit resmi yang masuk ke desa. Sebagian besar penduduk di pedesaan jika memerlukan kredit untuk tambahan modal akan mencari pada saluran kredit atau lembaga keuangan non- formal.
(8). Rendahnya tingkat kesejahteraan rumah tangga petani yang pada kenyataannya sangat berhubungan erat dengan (a). Masalah pendapatan yang diperoleh, (b). Masalah Gizi dan pangan, (c). Masalah kesehatan, (d). Masalah aksesibilitas bisnis, (e). Masalah lingkungan pemukiman, (f). Masalah Pendidi­kan, (g). Masalah penguasaan IPTEK/Ketrampilan, (h). Masalah pemilikan lahan, (i). Masalah Kesempatan kerja, dan (j). Masalah prasarana/sarana kebutuhan dasar.



1.4. Hasil Yang Diharapkan

1. Rancangan model pemberdayaan PONPES sebagai Pusat Pengembangan Agribisnis Sapi Potong melalui kegiatan pendampingan purna waktu. Model ini diharapkan dilengkapi dengan:
a. Rancangan Sistem Informasi tentang Minat berwira-usaha di kalangan PONPES dan masyarakat sekitarnya, serta kendala-kendala yang dihadapi dalam mengembangkan usaha sapi potong.
b. Paket Kurikulum dan Sistem Pembelajaran Sekolah Lapangan Agribisnis Sapi Potong
c. Pandunan DIKLAT Singkat Profesional Pendampingan untuk usaha agribisnis sapi potong.
d. Panduan Pendampingan untuk usaha agribisnis Sapi potong.
e. Panduan Uji Petik Model pemberdayaan PONPES sebagai Pusat Pengembangan Agribisnis Sapi Potong dengan Pendampingan.

2. Model Pemberdayaan PONPES ini dimaksudkan mempersiapkan PONPES dan masyarakat semitarnya sebagai Kader Pembangunan yang mandiri dan pelaku agribisnis sapi portong yang tangguh dan mempunyai kualifikasi khu­sus, yaitu:
a. Sikap mental dan wawasan wira-usaha yang dapat diandalkan untuk mendukung kiprahnya dalam kegiatan sosial-ekonomi di pedesaan, serta mempunyai kemampuan untuk beradaptasi dan berintegrasi dengan lingkungan masyarakat sekitarnya .
b. Menguasai dasar-dasar pengetahuan dan ketrampilan teknis tentang:
b.1. Kebijaksanaan pemerintah dalam pengembangan koperasi agribisnis di pedesaan dan usaha ekonomi rakyat
b.2. Wawasan dan ketrampilan pragmatis kewira-usahaan dan kepeloporan, khususnya dalam lingkup agribisnis Sapi potong
b.3. Pengalaman dalam aplikasi Manajemen usaha Bisnis di Pedesaan: Agribisnis, Koperasi, Kemitraan dalam usaha, dan manajemen kelembagaan keuangan,


II. TUJUAN DAN MANFAAT

Merancang dan menguji-coba Model pemberdayaan PONPES sebagai Pusat Pengembangan Agribisnis Sapi Potong melalui kegiatan pendampingan agribisnis. Penerapan model ini diharapkan akan dapat bermanfaat dalam:
1. Ikut mendukung program revitalisasi pertanian, pemberdayaan dan penguatan ekonomi rakyat, melalui penyiapan PONPES dan masyarakat sekitarnya sebagai kader wirausahawan yang handal.
2. Memantapkan wawasan serta pemantapan sikap-mental wira-usaha stakeholder sebagai kader pembangunan yang mandiri dan berjiwa wirausahawan.
3. Menumbuhkan dan meningkatkan kualifikasi stakeholder sebagai pengelola usaha produktif dalam wadah lembaga ekonomi rakyat yang mandiri dan mengakar di masyarakat.


Tujuan Khusus

1. Menyusun Sistem Informasi tentang Minat berwira-usaha agribisnis sapi-potong di kalangan PONPES dan masyarakat sekitarnya, serta kendala-kendala yang dihadapi (Kegiatan A).
2. Merancang Panduan Paket Sistem Sekolah Lapang Agribisnis Sapi-potong berpendampingan (Kegiatan B)
3. Melaksanakan Rekruitment dan SLASP bagi PONPES, masyarakat sekitar dan para pendamping (Kegiatan C).
4. Melaksanakan Ujicoba Pendampingan Pemberdayaan PONPES senagai Pusat Pengembangan Sapi Potong (Kegiatan D)
5. Monitoring dan Evaluasi Kegiatan Agribisnis Sapi Potong dengan Pendampingan (Kegiatan E)



III. PELAKSANAAN KEGIATAN

3.1. Khalayak Sasaran
Khalayak sasaran adalah PONPES dan masyarakat sekitarnya , serta para calon pendamping.

3.3. Metode yang digunakan

3.3.1. Jenis-jenis kegiatan

A. KEGIATAN A:

Menyusun Sistem Informasi tentang Minat berwira-usaha agribisnis sapi-potong di kalangan PONPES dan masyarakat sekitarnya, serta kendala-kendala yang dihadapi (Kegiatan A).

1. Tujuan Khusus
1. Mengetahui persepsi, minat dan tanggapan/respon masyarakat PONPES dan sekitarnya terhadap pengembangan program pembelajaran kewira-usahaan
2. Mengetahui kendala-kendala yang dirasakan oleh PONPES dan masyarakat sekitarnya dalam mengaktualisasikan minat wira-usahanya
3. Mengetahui opini, saran/pendapat dari kalangan PONPES dan masyarakat sekitarnya , serta suasta masyarakat terhadap upaya pemberdayaan wira-usaha agribisnis sapi potong
4. Mengetahui minat dan kendala yang dihadapi oleh PONPES dan masyarakat sekitarnya dalam mengembangkan usaha agribisnis sapi potong
5. Menganalisis sejauh mana kendala teknologi inovatif dan permodalan membatasi usaha agribisnis Sapi potong.

3. Metode Pengumpulan Data / Informasi

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode survei yang melibatkan sejumlah sampel calon pendamping, PONPES dan masyarakat sekitarnya.
Wawancara langsung dilakukan oleh enumerator yang terlatih dan menggunakan daftar isian terstruktur yang disusun berdasarkan konsep yang diuraikan di atas.

B. KEGIATAN B

1. Judul Kegiatan:

Merancang Panduan Paket Sistem Sekolah Lapang Agribisnis Sapi-potong berpendampingan (Kegiatan B)

2. Tujuan Khusus

1. Merancang dan Menyiapkan Sistem pembelajaran dan bahan ajar bagi sekolah lapangan agribisnis sapi potong dalam bentuk:
a. Kurikulum
b. Silabus
c. GBPP
d. SAP
e. Hand-Out ( Diktat, Buku )

2. Sistematik modul-modul :
a. Pokok bahasan
b. Sub pokok bahasan
c. Tujuan intruksional
d. Petunjuk cara mempelajari pokok bahasan dan sub pokok bahasan
e. Buku acuan yang disarankan
f. Uraian dan contoh
g. Teori /konsep
h. Contoh/aplikasi
i. Ringkasan
j. Tugas dan latihan
k. Daftar istilah
l. Soal-soal latihan
m. Kunci jawaban soal-soal latihan

3. Metode dan Pendekatan

a. Rangkaian kegiatan
1. Diskusi antar anggota Tim penanggung-jawab dan tim penyusun modul bahan ajar dengan tujuan untuk menyamakan persepsi dan gerak langkah dalam melaksanakan pekerjaan/tugas masing-masing
2. Pembuatan Draft Modul Bahan Ajar denan mengunakan refernsi yang relevan serta sistematika modul yang cocok untuk pendidikan profesional kewira-usahaan sapi potong
3. Pembahasan Draft Modul bahan ajar, melalui kegiatan semi-loka yang melibatkan Tim penyusun, instruktur kewira-usahaan, pendamping, instansi teknis terkait, dan Masyarakat PONPES
4. Penyusunan Buku pedoman: Modul-modul Kewira-usahaan, dengan mengakomodasikan hasil-hasil pembahasan dalam semi-loka

C. KEGIATAN C

1. Judul Kegiatan:

Melaksanakan Rekruitment dan SLASP bagi PONPES, masyarakat sekitar dan para pendamping (Kegiatan C).

2. Tujuan Khusus

Program pendidikan dan pelatihan ini pada hakekatnya tujuannya secara keseluruhan adalah:
1. Mendukung program revitalisasi pertanian, dan penguatan usaha ekonomi rakyat, melalui penyiapan pendamping dan kelompok masyarakat di pedesaan sebagai kader wirausahawan yang handal, khususnya komoditi sapi potong.
2. Memantapkan wawasan kebangsaan /Ketahanan Nasional serta pemantapan sikap-mental para peserta sebagai kader pembangunan yang mandiri dan berjiwa wirausahawan.
3. Menumbuhkan dan meningkatkan kualifikasi calon pendamping usaha agribisnis sapi potong.
4. Memberikan bekal tambahan mengenai pengetahuan umum tentang pembangu­nan koperasi pedesaan, permasalahan kemiskinan , teknologi tepatguna agroteknologi, dan pengetahuan lain yang terkait dengan kewira-usahaan dan manajemen agribisnis komoditi sapi potong.

Setelah DIKLAT selesai diharapkan peserta sebagai Kader Pembangunan yang mandiri dan Wirausahawan Muda Pedesaan menguasai dan mempunyai kualifikasi khu­sus, yaitu:
1. Sikap mental dan wawasan wira-usaha yang dapat diandalkan untuk mendukung kiprahnya dalam kegiatan agribisnis di pedesaan, serta mempunyai kemampuan untuk beradaptasi dan berintegrasi dengan lingkungan masyarakat desa sekitarnya .
2. Menguasai dasar-dasar pengetahuan dan ketrampilan teknis tentang:
2.1. Kewira-usahaan: Agribisnis komoditas unggulan sapi potong
2.2. Pengalaman dalam aplikasi Manajemen usaha agri-bisnis di Pedesaan: Agribisnis sapi potong, Koperasi, Kemitraan dalam usaha, dan kelembagaan keuangan,
2.3. Operasionalisasi sistem agribisnis sapi potong: perencanaan, pelaksanaan dan tindak lanjut pengendalian usaha bisnis di pedesaan .
2.4. Kemampuan sebagai fasilitator, komunikator dan dinamisator bagi kelompok masyarakat pedesaan di sekitarnya .

3. MATERI DAN PROSES DIKLAT

A. Materi
Materi pelatihan dikelompokkan menjadi empat program (rinciannya terlampir), yaitu
(1). Program 1. Program Pembekalan dan Pemantapan sikap mental, wawasan dan pengetahuan praktis Kewira-usahaan
1. Pengantar Kewira-usahaan
- Orientasi umum organisasi dan kewirausahaan
- Rambu-rambu Kewira-usahaan
- Membangun cooperate culture
- Teknik Bisnis Plan
2. Perilaku Wirausaha dan Sikap-mental wirausaha
3. Achievement motivation ; Organisasi dan manajemen

(2). Program 2. Program Pembekalan Pengetahuan dan Ketrampilan Teknis dalam lingkup Manajemen Agribisnis Sapi potong:
1. Manajemen Agribisnis
2. Usaha produksi (Pembesaran dan Penggemukan) Sapi potong
3. Pembentukan dan pembinaan kelembagaan
4. Agroteknologi Sapi potong
5. Manajemen Pemasaran Hasil

(3). Program 3. Program Pembekalan Dasar Ketrampilan Wirausaha , mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian/pemantauan, serta evaluasi usaha agribisnis Sapi potong.
1. Administrasi praktis dan pembukuan ; Wawasan perdagangan antar pulau dan export/import
2. Teknik manajemen kelayakan/ Penyusunan Studi Kelayakan ; Operasi bisnis: Agribisnis Sapi potong
3. Teknik membuat kontrak kerja bisnis
(4). Program 4. Program simulasi dan kunjungan lapangan dalam usaha-usaha agribisnis sapi potong.


D. KEGIATAN D

1. Judul Kegiatan:

Melaksanakan Ujicoba Pendampingan Pemberdayaan PONPES senagai Pusat Pengembangan Sapi Potong (Kegiatan D)

2. Tujuan Khusus

1. Meningkatkan keberdayaan pendamping bersama dengan masyarakat pedesaan dalam wira-usaha agribisnis komoditas sapi potong
2. Meningkatkan kepekaan dan kepedulian terhadap upaya pemberdayaan masyarakat pede­saan melalui penerapan teknologi inovatif dalam agribisnis sapi potong
3. Menciptakan lapangan usaha dan kesempatan kerja yang dapat diakses oleh angkatan kerja di pedesaan yang kehilangan pekerjaan akibat dampak krisis ekonomi.
4. Meningkatkan citra komoditas sapi potong rakyat seba­gai salah satu komoditas unggulan wilayah.

b. Sasaran Kegiatan

(1). Memberikan wawasan kepada para pstakeholder agar siap dan mampu berwira-usaha dengan berbekal pengalaman bermitra mengembangkan usaha agribisnis sapi potong.
(2). Membantu berkembangnya petani kecil mandiri di pedesaan berbasis pada tersedianya sumberdaya alam dan ketrampilan yang telah dimiliki khalayak sasaran.
(3). Membantu mewujudkan kemitraan antara PONPES dan masyarakat sekitarnya dalam mengembangkan usaha agribisnis rakyat secara melembaga.

3. Tahapan Pelaksanaan

(1). Tahap Persiapan

Persiapan dari segi kelembagaan
(1). Menetapkan rencana lokasi penerjunan sesuai dengan pertimbangan segi keterjangkauan dan keringanan biaya (lokasi di wilayah PONPES dan sekitarnya).
(2). Melakukan peninjauan dan pengkajian lokasi yang direncanakan untuk memudahkan penyelenggaraan kegiatan lapangan.
(3). Mengurus perijinan pada Pemerintah Daerah Tingkat II, Kecamatan dan Desa/Kelurahan, berkaitan dengan pemilihan lokasi dan rencana penerjunan.
(4). Menjalin kerja sama dengan berbagai instansi terkait, berkaitan dengan penyelenggaraan kegiatan pembekalan maupun penyelenggaraan kegiatan lapangan.
(5). Berdasarkan hasil peninjauan dan pengkajian, maka disusunlah perencanaan kegiatan pembekalan dan penyelenggaraan kegiatan lapangan.

(2). Latihan Pembekalan: Tujuan Khusus Pembekalan

Setelah selesai mengikuti Latihan Pembekalan pendamping diharapkan dapat:
(1). Mempersiapkan diri baik secara fisik rnaupun mental untuk mengabdi kepada kelompok sasaran.
(2). Mengidentifikasi berbagai permasalahan riil yang dihadapi oleh kelompok sasaran dan berusaha untuk mencarikan solusinya.
(3). Menyusun, mengaktualisasikan dan menilai tingkat keberhasilan program kerja yang telah disusun di masing-masing lokasi.

Materi Pembekalan

Secara garis besar materi pembekalan program pendampingan terdiri atas 4 bagian yaitu:
(1). Materi tentang misi, visi, tujuan dan latar belakang perlunva kegiatan pendampingan.
(2). Materi tentang pendekatan sosial dan teknik penyusunan laporan.
(3). Materi tentang bagaimana mengevaluasi kegiatan pendampingan.
(4). Ruang lingkup kegiatan pendampingan.

(3). Metode dan Pendekatan: Sekolah Lapangan
Ujicoba model Usaha Agribisnis Sapi potong dilakukan di lingkungan PONPES dan sekitarnya, dimana petani pemilik bertindak sebagai “manajer usaha” dan didampingi oleh tim pendamping profesional purna waktu. Kegiatan ujicoba ini meliputi :
1. Persiapan kelompok : lahan dan kepemilikannya; orientasi kelompok
2. Perencanaan usaha agribisnis komoditas Agribisnis Sapi potong
3. Penyiapan lahan dan pengadaan sarana produksi
4. Pelaksanaan budidaya tanaman hingga panen
5. Penanganan pasca panen dan Pemasaran/penjualan hasil


E. KEGIATAN E

1. Judul Kegiatan:

Monitoring dan Evaluasi Kegiatan Agribisnis Sapi Potong dengan Pendampingan (Kegiatan E)

2. Tujuan Khusus

1. Menganalisis kegiatan pendampingan dalam wira-usaha agribisnis komoditas sapi potong
2. Mengevaluasi kepedulian terhadap upaya pemberdayaan masyarakat pede­saan melalui penerapan teknologi inovatif dalam agribisnis sapi potong
3. Menganalisis penciptaan lapangan usaha dan kesempatan kerja yang dapat diakses oleh masyarakat pedesaan.
4. Menganalisis citra komoditas sapi potong rakyat seba­gai salah satu komoditas unggulan wilayah.

b. Sasaran Kegiatan

(1). Para stakeholder agar siap dan mampu berwira-usaha dengan berbekal pengalaman bermitra mengembangkan usaha agribisnis sapi potong.
(2). Petani kecil di pedesaan berbasis pada tersedianya sumberdaya alam dan ketrampilan yang telah dimiliki khalayak sasaran.
(3). Kemitraan antara PONPES dan masyarakat sekitarnya dalam mengembangkan usaha agribisnis rakyat secara melembaga.

3. Tahapan Pelaksanaan
........

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Latihan Ngeblog © 2008. Design by :Yanku Templates Sponsored by: Tutorial87 Commentcute